Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Akankah Si Kecil Laos, Teman Dekat Raksasa China, Menjadi Domino Pertama yang Jatuh di Asia Tenggara?

23 Juni 2022   10:04 Diperbarui: 29 Juni 2022   16:51 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat Laos mengantre beramai-ramai untuk membeli bensin di salah satu pom bensin di kota Vientiane, Laos. | Sumber: RFA 

Kip (mata uang Laos) saat ini (pada tanggal 22 Juni) diperdagangkan pada 15.160 kip (LAK) menjadi $1, penurunan besar dari 9.285 LAK pada bulan Januari 2021.

The Laotian Times baru-baru ini melaporkan bahwa bank sentral negaranya sedang mempertimbangkan untuk melarang orang memegang mata uang asing dalam upaya untuk mengatasi krisis likuiditas.

Banyak media seperti Radio Free Asia, The Diplomat dan Crisis24 baru-baru ini melaporkan tentang antrean panjang bahan bakar, serta gangguan transportasi dan bisnis selama dua bulan terakhir.

Laos yang terkurung daratan tidak memiliki cadangan minyak dan gas dan mengimpor energi dari luar negeri.

Tapi Bounchom mengatakan bahwa pemerintah telah membuka jalur kredit untuk Perusahaan Bahan Bakar Negara Laos untuk membeli sekitar 200 juta liter bahan bakar, yang akan cukup sampai bulan Agustus mendatang.

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah bulan Agustus. Alasan utama kenaikan harga bahan bakar adalah perang di Ukraina, yang mungkin tidak akan segera berakhir.

Terlebih lagi, tingkat inflasi Laos mencapai 12,8 persen pada bulan Mei, titik tertinggi dalam 18 tahun.

Lembaga kredit Fitch Ratings, baru-baru ini, telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonominya untuk Laos pada tahun 2022 dari 5,7 persen menjadi hanya 2,5 persen sementara Bank Dunia memperkirakan bahwa ekonomi Laos akan tumbuh sebesar 3,8 persen.

Laos memiliki pertumbuhan ekonomi yang kuat, rata-rata lebih dari 6 persen per tahun selama 2015-2019, tetapi pertumbuhannya melambat secara signifikan akibat pandemi COVID-19. Pada tahun 2020, ekonomi Laos tumbuh sebesar 0,44 persen, turun drastis dari 5,46 persen di tahun 2019. Tahun lalu, ekonominya tumbuh sebesar 2,51 persen.

Laos sekarang menghadapi tantangan likuiditas dan solvabilitas akibat beban pembayaran utang yang tinggi, pengumpulan pendapatan yang buruk, pilihan pembiayaan yang terbatas dan cadangan mata uang yang rendah.

Sebagian besar masalah ini terkait dengan utang besar Laos ke China. Laos kecil menjadi korban diplomasi jebakan utang China. Ini adalah domino pertama di Asia Tenggara yang jatuh. Myanmar dan Kamboja mungkin akan mengikutinya, mengingat ketergantungan mereka yang besar pada China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun