Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Beijing Mengkhianati Duterte, Ingin Mengambil Alih Whitsun Reef Filipina?

30 Maret 2021   19:07 Diperbarui: 2 April 2021   17:43 1755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal-kapal China, milik milisi China, parkir rapi di Whitsun Reef, wilayah yang beradi di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina. Gambarnya diambil oleh Maxar Technologies melalui satelit. | Sumber: Citra Satelit 2021 Maxar Technologies melalui www.npr.org

Duterte telah memanggil Duta Besar China untuk Filipina Huang Xilian baru-baru ini dan mengatakan bahwa Filipina telah memenangkan kasus arbitrase pada tahun 2016, yang menegaskan hak berdaulat di tengah klaim menantang dari China.

Indonesia dan AS telah menerima putusan PCA 2016 sebagai dasar hukum untuk menyelesaikan semua sengketa di LCS. 

Banyak orang tidak menyadari tentang potensi perang yang besar di LCS akibat agresivitas China. 

Potensi perang

AS, satu-satunya negara adidaya dan sekutu lama Filipina, mengatakan akan mendukung Manila dalam perangnya melawan China yang agresif.

"RRC [Republik Rakyat China] menggunakan milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi dan mengancam negara lain. Kami mendukung Filipina, sekutu perjanjian tertua kami di Asia," kata Kedutaan Besar AS di Manila.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyampaikan komitmen AS untuk melindungi Filipina kepada Menlu dari Filipina Teodoro Locsin pada 24 Maret lalu melalui panggilan telepon.

Kedua pemimpin sepakat bahwa aliansi antara AS dan Filipina adalah "penting bagi kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka".

Blinken "menekankan pentingnya Perjanjian Pertahanan Bersama bagi keamanan kedua negara dan penerapannya yang jelas atas serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina, kapal umum, atau pesawat di Pasifik, yang mencakup Laut Cina Selatan", jelas Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.

Hal itu mengacu pada Perjanjian Pertahanan Bersama 1951 yang ditandatangani oleh Filipina dan AS pada tanggal 30 Agustus 1951. Berdasarkan perjanjian tersebut, AS memiliki kewajiban untuk melindungi Filipina dari agresi asing.

Tindakan China di LCS mengancam perdamaian dan keamanan di ASEAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun