Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

China, Pendukung Utama Militer Myanmar

23 Februari 2021   12:01 Diperbarui: 23 Februari 2021   12:18 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ribuan orang Myanmar protes di depan Kedutaan Besar China hampir setiap hari di kota Yangon di Myanmar. Mereka meminta China untuk tidak mendukung kudeta militer di Myanmar. | Sumber: Twitter/enzaHan

Itulah alasan mengapa masyarakat Myanmar melakukan protes di depan kedutaan besar China di Yangon. Para pengunjuk rasa tahu bahwa China adalah pendukung utama Tatmadaw yang brutal.

Berbeda dengan China, Amerika Serikat, satu-satunya negara adidaya di dunia, mengambil pendekatan berbeda terhadap junta militer di Myanmar.

"Kami akan bekerja dengan mitra kami untuk mendukung pemulihan demokrasi dan supremasi hukum dan memberikan konsekuensi kepada mereka yang bertanggung jawab," Presiden Amerika Joe Biden mengumumkan pada 11 Februari.

Pemerintahan Biden telah menjatuhkan sanksi kepada 10 pemimpin tingkat tinggi militer Myanmar saat ini dan yang sudah pensiun atas kudeta pada 1 Februari yang menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis yang dipimpin oleh Suu Kyi.

Inggris dan Kanada juga telah menjatuhkan sanksi terhadap jenderal militer Myanmar. Banyak negara akan segera mengikutinya. Jepang, India, Australia dan beberapa negara di seluruh dunia mengutuk junta militer Myanmar dan menyerukan pemulihan demokrasi segera di sana.

Militer Myanmar telah melakukan genosida terhadap Muslim Rohingya pada tahun 2019. Ribuan orang Rohingya telah menjadi pengungsi internal. Indonesia dan negara lain mengutuk keras kekejaman terhadap Muslim Rohingya. 

Hanya China yang tidak mengutuk kekejaman militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Sebagai imbalannya, militer Myanmar tidak mengkritik kekejaman China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

Dalam upaya meningkatkan pengaruhnya serta kehadirannya, China telah menandatangani perjanjian Koridor Ekonomi China-Myanmar (CMEC) - dengan penekanan pada pelabuhan laut dalam dan zona ekonomi khusus di Kyaukphyu yang diusulkan - dengan Myanmar pada tahun 2017. CMEC adalah bagian dari strategi globalnya yang disebut sebagai Belt and Road Initiative (BRI).

Sebagai bagian dari CMEC, China telah berkomitmen untuk menginvestasikan $21.5 miliar di bidang pertambangan, tenaga air, jalur kereta api, jalan raya dan pelabuhan di Myanmar. Membangun pelabuhan laut Kyaukpyu yang strategis senilai $1.3 miliar merupakan yang terpenting. Pelabuhan tersebut, jika sudah selesai, akan memberikan akses Teluk Benggala ke China dan terhubung dengan wilayah Yunan yang terkurung daratan melalui jalur kereta api. Jika pelabuhan ini dibangun, maka akan berdampak signifikan bagi Indonesia, Malaysia dan Singapura. Kapal-kapal dan kapal tanker minyak dan gas yang berasal dari Timur Tengah dan Eropa tidak akan melewati Selat Malaka dan Laut China Selatan.

Militer Myanmar sekarang menggunakan kekuatan brutal terhadap jutaan pengunjuk rasa Myanmar yang tidak bersenjata. Tiga pengunjuk rasa dibunuh secara brutal oleh militer Myanmar.

PBB mengutuk penggunaan kekerasan terhadap pengunjuk rasa yang tidak bersenjata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun