Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Konflik China-Amerika Tidak Akan Berakhir Setelah Pengambilalihan Presiden Biden, Mengapa?

26 Januari 2021   08:31 Diperbarui: 28 Januari 2021   10:36 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Amerika Serikat baru Joe Biden | Sumber: The White House

Pada dasarnya, persaingan strategis China-Amerika dimulai dengan perdagangan dan persaingan di bidang teknologi. China ingin menjadi pemimpin global dalam teknologi, yang menjadi ancaman besar bagi dominasi AS dan keamanan nasionalnya. Perlahan-lahan, ekonomi persaingan berubah menjadi persaingan geopolitik di abad ke-21 karena kebijakan agresif China.

Dalam upaya untuk melemahkan Uni Soviet, AS telah menormalisasi hubungan dengan Komunis China pada tahun 1978 dan mengadopsi kebijakan "Satu China". Kedua negara telah bekerja sama di bidang ekonomi selama lebih dari tiga dekade. China bergabung dengan organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001. Dalam waktu singkat, China telah muncul sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS.

Jadi kerjasama tersebut telah bertransformasi menjadi persaingan ekonomi, kemudian menjadi persaingan geopolitik dan di masa yang akan datang persaingan tersebut dapat menimbulkan konfrontasi besar, khususnya di LCS.

AS, yang merupakan juara demokrasi liberal, tidak senang dengan kebijakan ekonomi China dan dukungan terbuka untuk rezim otoriter di banyak belahan dunia. China diperintah oleh Partai Komunis China yang otoriter, yang tidak peduli dengan agama, demokrasi, hak asasi manusia, supremasi hukum, hak kekayaan intelektual, kebebasan dan hak minoritas.

AS telah menuding perdagangan global China, yang mencapai $4.10 triliun pada tahun 2018, tidak adil. Menurut AS, China adalah manipulator mata uangnya terbesar dan membatasi akses perusahaan Amerika ke pasar China. Beberapa tahun yang lalu, Trump mengumumkan "pemisahan" (decoupling) hubungan dengan China.

Negara adidaya yang berteknologi maju, AS, telah mengalami defisit perdagangan yang sangat besar dengan China, kekuatan yang sedang berkembang, selama bertahun-tahun. 

Misalnya, China menikmati rekor surplus perdagangan sebesar $275.8 miliar dengan AS pada tahun 2018. Ekspor China ke AS mencapai $418 miliar di tahun 2019, sedikit turun dari $429.7 miliar pada tahun 2018 meskipun ada tarif tambahan besar-besaran oleh pemerintahan Trump.

AS sangat bergantung pada China di banyak bidang. China adalah sumber impor utama AS. Banyak perusahaan Amerika sangat bergantung pada bahan mentah dan komponen dari China.

Mitra dagang nomor satu AS adalah China, yang merupakan pasar ekspor terbesar ketiga untuk produk AS. China adalah pemegang sekuritas treasury AS terbesar kedua setelah Jepang. Pada bulan September 2020, China memiliki sekuritas treasury AS senilai $1.08 triliun.

Semua ini mendorong AS untuk mengambil tindakan yang sangat keras, termasuk tarif tambahan dan sanksi ekonomi.

Pentagon menganggap China sebagai ancaman terbesar bagi AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun