Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua Puluh Empat Tahun Berlalu, Korban Khojaly Masih Menderita

25 Februari 2016   16:56 Diperbarui: 25 Februari 2016   17:18 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anehnya, banyak pemimpin Armenia sekarang yang pernah diduga terlibat dalam pembunuhan itu. SerzhSargsjan, Presiden Armenia saat ini adalah salah satunya. Ia menjabat sebagai menteri pertahanan Armenia pada saat itu. Dalam sebuah wawancara dengan wartawan Inggris dan penulis Thomas de Waal, SerzhSargsjan menjawab pertanyaan tentang Khojaly seperti berikut: “Sebelum Khojaly, orang Azerbaijan pikir mereka main-main dengan kami, mereka berpikir bahwa orang Armenia adalah orang yang tidak bisa menyerang penduduk sipil. Kami perlu menghentikan itu. Dan itulah yang terjadi.” Sumber : Disini 

Pada bulan Februari 1992, Levon Ter-Petrosyan, presiden Armenia pada saat itu, mengatakan pada koran “Izvestia” mengenai pembantaian di Khojaly bahwa “Ya, saya setuju, mereka bertindak terlalu berlebihan.”

Ada 287 orang yang ikut serta dalam kejahatan keji di Khojaly, di antaranya adalah Menteri Pertahanan Armenia saat ini, Seyran Oganyan. Ia merupakan komandan batalion 2 di resimen bermotor 366 yang menyerbu Khojaly.

Sebuah kampanye internasional yang disebut “Justice for Khojaly” atau Keadilan untuk Khojaly (justiceforkhojaly.org) diluncurkan pada bulan Mei 2008 untuk mencari keadilan bagi para korban Khojaly.

Masyarakat internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB, mengutuk tindakan Armenia dan meminta Armenia untuk segera menarik pasukannya dari tanah Azerbaijan. Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara, di mana Azerbaijan dan Indonesia merupakan anggotanya, juga memberikan beberapa resolusi dan meminta negara-negara anggotanya untuk menekan Armenia. Inilah saatnya untuk Indonesia, yang akan menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa OK bulan depanI, untuk mengangkat masalah Nagorno-Karabakh secara global, menekan Armenia untuk mengimplementasikan resolusi DKPBB dan OKI tentang Nagorno-Karabakh.

 

*Penulis adalah seorang jurnalis senior dan penulis buku "Azerbaijan Di Mata Indonesia", yang tinggal di Jakarta, Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun