Mohon tunggu...
Dalvin Steven
Dalvin Steven Mohon Tunggu... Akuntan - Positif Realistis

Dalvin Steven, lulusan Ekonomi Akuntansi yang mencintai karya tulis, memiliki mimpi #IndonesiaBersatu.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tegarnya Ahok Menghadapi Hidup di Jakarta

18 Januari 2017   01:50 Diperbarui: 18 Januari 2017   03:35 3136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karikatur Basuki Tjahaja Purnama. (Dayat)

Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok, adalah seorang gubernur non-aktif Ibukota negara Indonesia, DKI Jakarta. Pada awalnya, ia masuk ke ranah pemerintahan DKI bersama Presiden Jokowi yang kala itu terpilih menjadi gubernur DKI. Ahok mendampingin Jokowi sebagai wakil gubernur DKI periode 2012 - 2017. Naumn, pada saat pilpres 2014, Jokowi akhirnya di tunjuk oleh partai politiknya untuk maju dan dicalonkan sebagai Presiden Indonesia periode 2014 - 2019. 

Singkat cerita, Jokowi akhirnya terpilih sebagai presiden, lalu posisi gubernur DKI kala itu menjadi kosong. Ahok selaku wakil gubernur, naik jabatan menjadi gubernur DKI hingga sisa jabatan periode tersebut berakhir. Mantan bupati Belitung Timur itu sudah ditolak semenjak mencalonkan diri menjadi wakil gubernur DKI. Apalagi, saat dirinya menggantikan Presiden Joko Widodo menjadi gubernur DKI. Demo dan penolakan dimana-mana. Para pendemo menganggap Ahok merupakan gubernur non-muslim

dan non pribumi, sehingga tidak layak dan tidak boleh memimpin DKI Jakarta. Disisi lain, Jakarta boleh berbangga memiliki gubernur non-Muslim setelah beberapa tahun dipimpin oleh gubernur beragama Muslim. Sebagian warga yang suka mendemo Ahok juga berpendapat bahwa program miliknya tidak memihak pada rakyat kecil. Apalagi kasus reklamasi teluk Jakarta. Padahal, Ahok sudah menjelaskan tentang tujuan kegiatan reklamasi tersebut. Semenjak menjadi gubernur, Ahok sudah seringkali didemo. 

Beberapa bulan lalu, Ahok bersama wakilnya saat mengemban sisa tugas masa jabatan, Djarot saiful Hidayat, kembali mencalonkan dan maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Ahok dan Djarot berpendapat bahwa masa jabatan mereka begitu kurang, dirinya dan Djarot meminta warga DKI untuk memilih dirinya kembali menjadi gubernur untuk menuntaskan pekerjaan yang belum selesai di masa jabatan yang pertama. 

Saat ini, beliau sedang tersandung dugaan penodaan agama. Dirinya dilaporkan beberapa pihak ke Polri dengan alasan bahwa Ahok menistakan salah satu agama di Indonesia. Di luar dugaan, aksi 411 dan 212 menjadi reaksi umat salah satu agama di Indonesia, dengan menggelar 'aksi damai' yang dipimpin beberapa oknum. aksi 411 berlangsung aman hingga sore hari, namun sayang seribu sayang, pada malam hari terjadi bentrok antara oknum dengan polisi di daerah Gedong Panjang. 

Beruntung, aksi 212 benar-benar menjadi aksi damai para umat Muslim. Jutaan jamaah berkumpul di Monas untuk melaksanakan Sholat Jumat bersama. Saat itu Presiden Jokowi sempat datang ke Monas lalu berpesan untuk benar-benar beraksi dengan damai. Namun, kembali disayangkan, aksi 411 dan 212 meninggalkan kejanggalan. Beberapa orang membawa spanduk bertuliskan nada-nada yang negatif tentang diri seorang Ahok. Bahkan, beberapa orang ditangkap karena kasus dugaan makar. Ya, sebagian besar orang memang benar-benar menjalankan aksi damai ini dengan damai, namun beberapa oknum merusak suasana.

Ya, mari kita ingat-ingat semenjak Ahok menjadi wakil gubernur DKI, hingga saat ini. Berapa kali sudah Ahok didemo? Berapa kali sudah Ahok disudutkan? Begitu banyak sudah tuduhan-tuduhan terhadap dirinya selama berkarier di jakarta. Padahal, di ibukota, beliau hanya ingin memperbaiki pemerintahan yang ada. Bukan mau macam-macam. Bahkan beliau membawa perbedaan di tubuh pemerintahan provinsi DKI Jakarta. Dirinya berani membuat laporan keuangan DKI Jakarta menjadi transparan, sehingga para warga dapat ikut mengawal aliran dana milik Pemprov. Bukti nyata kerja keras seorang Ahok juga terlihat dari sungai-sungai yang mulai bersih, sehingga titik banjir mulai berkurang. Siapa ingat kawasan Kalijodo? sudah berapa lama berdiri? Siapa yang menggebrak? Ahok! Ahoklah yang mengubah kawasan 'gelap dan kacau' tersebut menjadi sebuah taman bermain yang indah. 

Mari lihat kepribadian Ahok. Beliau didemo, difitnah, dihina, dianggap orang jahat, dituduh, dan sebagainya. Ahok begitu tegar. Memasuki sidang ke-6 kasus penodaan agama, tak sekali pun dirinya mangkir, telat, atau pun marah dalam persidangan. Beliau begitu kooperatif kepada jaksa dan hakim, bahkan kepada para saksi. Tentu, para saksi yang beliau anggap jujur, dan memberi pernyataan asli, bukan yang palsu dan dibuat-buat. Tak perna mangkir dan telat, apalagi memanggil masa untuk mengawal sidangnya. Dirinya juga tidak membabi buta melaporkan orang apabila orang tersebut memang tidak bersalah. 

Dirinya tidak mengumbar kesalahan lain, menuduh-nuduh, menghina, atau pun melecehkan orang lain. Karena, kembali lagi ke tujuan beliau masuk ke pemerintahan Jakarta, yaitu hanya ingin menunjukkan bagaimana menjadi pejabat negara yang baik. Dan dirinya hanya ingin membenahi Jakarta menjadi kota yang lebih baik dan layak huni bagi warganya. Saat kampanye sekarang ini pun ak cari perhatian anak-anak kecil, digendong, dicium, cukuplah menjelaskan program kerja secara jelas kepada orang tuanya, apalagi memang kerja baiknya sudah jelas terasa di Ibukota. Terukur dan masuk akal. Apalagi cari bantuan pada keluarga besar, Ahok lebih baik bertukar pikiran dan pendapat dengan kaum intelek, yang bersih dan jujur.

Ahok sempat dituduh korupsi. Oh, silahkan periksa saja, kata Ahok. Beliau berani karena dirinya memang tidak bersalah. Jelas. Daripada beberapa pejabat, disebut tentang KPK saja sudah gemetaran. Bahkan hingga sekarang, ada beberapa anggota partai serta pejabat negara yang belum diperiksa KPK.

Ya, contohlah Ahok. Mau dibunuh sekalipun, beliau menganggap bahwa mati adalah sebuah keuntungan. Jangan seperti beberapa pejabat kebanyakan. Apalagi pejabat yang belum jadi pejabat, hanya baru mencalonkan. Para pejabat tersebut kebanyakan sudah naik pitam duluan saat dituduh bersalah. Jangankan bersalah, dibilang programnya nyeleneh saja sudah marah. Dibilang programnya kalah saing saja sudah emosi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun