Mohon tunggu...
Dalvin Steven
Dalvin Steven Mohon Tunggu... Akuntan - Positif Realistis

Dalvin Steven, lulusan Ekonomi Akuntansi yang mencintai karya tulis, memiliki mimpi #IndonesiaBersatu.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Taruhan Investasi Negara Pasca-Unjuk Rasa

26 September 2019   00:18 Diperbarui: 26 September 2019   00:26 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : https://www.jpnn.com)

Mungkin dengung 'Mahasiswa bergerak', 'STM Melawan' dan lain sebagainya  akhir-akhir ini sering terdengar ditelinga kita, atau mungkin sempat kita baca dimedia sosial serta surat kabar elektronik. Ya, mahasiswa dari beberapa universitas, serta para pelajar dari beberapa sekolah di Jakarta turun ke jalan, menjalankan aksinya, melakukan unjuk rasa dengan tujuan menolak disahkannya RUU KPK serta beberapa poin kontroversial RUU KUHP oleh DPR dan Presiden. Beberapa pihak, dalam hal ini mahasiswa, menolak disahkannya RUU-KPK oleh DPR dan Presiden karena dinilai melemahkan KPK dan membuat korupsi makin merajalela ditengah upaya negara memberantas korupsi, sedangkan, RUU KUHP juga ditolak karena dianggap melenceng dan tidak tepat sasaran, bahkan dirasa tidak masuk akal.

Gerakan mahasiswa dan unjuk rasa tidak hanya terjadi di ibukota Jakarta, namun dibeberapa daerah lain, sebut saja di Bandung, Kudus, Jember, Semarang, Sidoarjo, Situbondo, dan banyak kota lainnya di Indonesia. Mereka menolak keras disahkannya RUU KPK dan RUU KUHP.

Demo dan unjuk rasa yang dilakukan, khususnya di DKI Jakarta, tepatnya di sekitar Gedung DPR dan perempatan Slipi ber;angsung hingga malam hari. Akibatnya, jalan tol sekitarnya terpaksa ditutup, gerbang tol dibakar, bahkan terdapat kobaran api dibeberapa titik karena bom molotov, atau benda-benda yang dibakar oleh para pengunjuk rasa. Gedung DPR pun silih berganti dilempari benda-benda oleh para pendemo. Suasana sudah kacau dan mencekam disekitar sana. Unjuk rasa, demo yang menunjukan negara yang berdemokrasi, dipersilakan dilakukan apabila sudah terdapat izin dari aparat, namun sudah sangat terlewat batas apabila kejadiannya sudah seperti yang terjadi saat ini.

Hal itu tentu cukup mengkhawatirkan, khususnya dari segi investasi dan perekonomian, bukan hanya DKI Jakarta, namun juga mencakup negara Indonesia. Pada hari Selasa lalu, dari data Bursa Efek Indonesia, IHSG mengalami koreksi sebesar 1,1% dikarenakan ditariknya dana asing sebesar hampir 1 triliun. Tetapi disisi lain, per hari Rabu (25 September 2019), IHSG kembali menghijau dikarenakan beberapa hal, termasuk penundaan pungutan ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan produk turunannya, serta kondisi unjuk rasa yang diniilai mulai kondusif. Saat ini, pelaku pasar juga sedang menantikan upaya pemakzulan presiden Amerika Serikat Donald Trump dari jabatannya.

Terlepas dari semua itu, tentu investor, entah itu investor bidang apa pun, saat ini dinilai sedang galau dikarenakan situasi keamanan dalam negeri yang sedang seperti ini. Mulai dari saat kampanye Pemilu dan Pilkada 2019, hingga pemilihan Presiden-Wakil Presiden serta anggota Legislatif, juga aksi dan peristiwa 21-22 Mei, tentu prediksi dan gairah para investor dirasa sedang naik turun, dimana mungkin mereka menganggap Indonesia sedang mengalami masa gejolak yang cukup besar, karena terjadi di seluruh wilayah negara.

Kiranya, negara kita, Indonesia boleh segera kondusif, khususnya di DKI Jakarta, dan tentu dikota-kota lain yang masih bergejolak, agar negara kita memiliki citra positif dimata dunia internasional, khususnya dari segi ekonomi dan dimata para investor demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun