Mohon tunggu...
anita russian
anita russian Mohon Tunggu... Lainnya - Makhluk

Cari duit, secukupnya. Berbagi, jangan lupa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Legitkah Manusia Sempurna?

17 Oktober 2022   22:49 Diperbarui: 17 Oktober 2022   23:21 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia pada umumnya membutuhkan makhluk lain. Tidak ada satupun yang benar-benar bisa hidup sendiri. Bisa dipastikan, selalu ada campur tangan eksternal. Entah dari apa yang melekat dalam dirinya, apa yang diasupnya, hingga suatu saat manusia tiada.

Mari kita renungkan satu-persatu! Mulai dari apa yang melekat dalam diri. Kini, mayoritas kehidupan manusia tak lepas dari pakaian. Mulai dari yang tertutup maupun terbuka. Entah itu sekedar kancut maupun burqa. Kalau kita mau berpikir, dari mana datangnya sandang tersebut? 

Tak semata karena kepandaian manusia belaka namun jelas, ada unsur semesta dibaliknya. Ragamnya asal-usul bahan dasar dari makhluk yang jauh dari sempurna namun kita begitu jarang mengakuinya padahal tak lekang, kita terus membutuhkannya. Sebut saja tumbuhan. 

Jika menilik pada prosesnya, bahan dasar serat alami dari kapas, daun yang dikeringkan, batang yang tipiskan, dan lain sebagainya berasal dari tubuhnya. Itu semua merupakan faktor luar yang seringkali tidak sadar terpikirkan. Belum lagi peran serta hewan yang dimanfaatkan baik dari bulu hingga kulitnya. Adakah kita meluangkan waktu untuk memujinya?

Dari apa yang melekat saja, banyak unsur yang terbawa. Hal yang sama juga terjadi pada segala yang masuk dan meresap dalam tubuh. Bahkan, sampai mati pun kita tetap melibatkan hewan dalam proses penyatuan. Maka, sudah sepatutnya kita sebagai manusia tidak menyombongkan diri. Melihat apa yang diberi makhluk lain, sungguh seharusnya kita malu melegitimasi sebagai makhluk yang sempurna. Padahal kala memberi saja, tak jarang kita berharap kembali. Entah dalam bentuk yang sama maupun sekedar ucapan terima kasih. 

Bagaimana jika kita bandingkan dengan mereka? Makhluk Tuhan yang tidak seluruhnya memiliki indera tapi lebih merasa. Justru merekalah yang berhak menyemat kata sempurna. Darinya, kita patut belajar banyak hal. Baik dari apa yang diberi maupun yang ditinggalkan.

Mungkin, banyak dari kita yang menilai bahwa kehadiran mereka di dunia hanya sebagai penyerta yang cuma-cuma. Padahal, bisa jadi mereka berkeluh-kesah tentang perangai manusia. Lihat nasib pohon itu! Setelah ditebang, dikuliti, dibakar, adapula yang dimakan hingga tak bersisa tanpa memikirkan kelanjutannya. Namun tidak sedikit yang terbuang begitu saja. Begitu pula dengan binatang yang berkumpul, berduyun, maupun yang terpisah dari rombongan. Yakinkah jika hadirnya sekedar percuma? Sayangnya, tidak banyak dari manusia yang dianugerahkan untuk memiliki kemampuan mendengar maupun membaca teka-tekinya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun