Bahan bakar minyak yang dijanjikan tak akan offside, kini justru dipersilahkan lalu oleh wasit. Bahkan, pelanggar justru diberi kesempatan untuk melakukan penalti. Padahal, kesalahan ada pada kandang lawan.
Tim tuan rumah hanya bisa melongo. Walau jumlah pemainnya lengkap, tetap saja mereka tarkam. Adapun pemain lawan, tiga diantaranya dihantam kartu merah. Penonton dari luar lapangan begitu mengapresiasi dengan kata suci. Namun tetap saja, suara peluitnya kurang bisik. Setelah ditelusuri, rupanya mampet. Usut punya usut, sang wasit sering tersedak ludahnya sendiri.
Namun, penonton yang menyaksikan pertandingan di warung kopi lewat TV tetap optimis akan permainan yang sportif. Adu argumen antara satu dengan lainnya tak mengalahkan mereka yang memuji keberanian wasit dalam mengambil tindakan.
Sayangnya setelah diselidiki, upaya wasit itu sekedar menghindar dari tembakan
suporter. Agar tidak ditimpuk, sajen pun  dikeluarkan. Tapi, soal permainan, tentu masih bisa cincai. Para penyuntik dana pun  merasa tenang nan lega.
Dari TV, terdengar kebocoran diantara para bintang,
"beri saja mereka air mineral! Pastikan hanya tiga botol dalam satu kali pertandingan. Jika habis, biarkan!"
Sambil mengorek kuping yang penuh dengan congek, mereka terbahak seraya mengucap,
 "sungguh sebuah kenikmatan melihat mereka lari sempoyongan berharap menang.  Jangan terlalu panjang memikirkan makan malam."