Jemari terus menghendaki apa yang terlintas dalam pikiran.
Cepat lambatnya gerak disesuaikan dengan kemauan insan.
Ia tak berhenti jika sang tuan belum perintahkan.
Lekuk ruas yang menghantar ketukan, berbuah hasil menjadi tulisan yang kemudian dielukan.
Konsesi seolah menjamu pribadi.
Sayang, akal seringkali lupa pada yang rinci.
Bibir merajut manis kata yang keluar.
Seolah apresiasi datang dengan sendiri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!