Desa yang dulunya ramai, kini terasa bak kota mati.Â
Desa, kota.Â
Walau secara letak berbeda.
Fungsinya tetap sama.
Di sebuah pedalaman antah berantah,Â
warganya terlihat seolah mengurung diri.
Padahal, banyak di antara mereka yang memang tak mampu berdiri.
Ketika tapakku meyisiri satu persatu hunian bebatuan,
terlihat cahaya senyum dari raut wajah tetua.
Aku pun terhenti seraya menyapa.
Dengan rasa penasaran, aku mendekat.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!