Mohon tunggu...
anita russian
anita russian Mohon Tunggu... Lainnya - Makhluk

Cari duit, secukupnya. Berbagi, jangan lupa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Siap-Siap Beralih ke Kendaraan Pribadi

31 Mei 2022   11:46 Diperbarui: 31 Mei 2022   22:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai penggemar KRL yang baru, saya cukup menyesali perubahan rute KRL yang tidak diimbangi dengan kapasitas jumlah kereta. Sehari-hari, saya memarkir kendaraan di stasiun dan lanjut menggunakan KRL menuju kantor di kawasan Gondangdia. Sejak kemarin, saya mencoba beberapa jadwal di luar jam keberangkatan kerja yang tentu terbayang betapa padatnya suasana di KRL.

Biasanya saya berangkat kerja sekitar jam 9 tapi kali ini saya coba mengetes kepadatan di siang hari. Maka, saya berangkat sekitar jam 11. Ternyata, kepadatan belum pudar. Memang tidak seperti ikan teri tapi tetap saja harus berdiri.

Jika sebelumnya layanan rute bisa langsung dari Bekasi ke Jakarta Pusat, sekarang harus transit di Manggarai. Persoalan transit sih tidak begitu masalah. 

Asal bisa duduk tenang sambil bisa mengerjakan tugas, tentu lebih melegakan. Terasa nikmatnya jadi kaum proletar. Asiknya menggunakan transportasi publik saat tinggal di Eropa pun masih terasa. Efektif dan efisien. Saya kira itu akan terjadi cukup lama. Ternyata, tidak Ferguso.

Pahitnya peralihan rute ini juga dirasakan rekan kerja saya yang berangkat dari daerah Bogor. Walau tidak perlu transit, tapi suasana terhimpit di dalam kereta terus terjadi bahkan sampai jelang siang. Ia pun terpaksa harus melewati 6 kereta agar bisa masuk "Bener2, ga bisa masuk gw nit! Jadi gw skiplah tuh 6 kereta biar mendingan". Rupanya di sana lebih parah ketimbang dari arah Bekasi.

Bagi saya, satu hal yang paling menyebalkan ketika transit itu adalah berebut masuk dan keluar. Saya pun selalu mengencangkan suara,

"Kasih jalan yang keluar dulu yaaa!" Tetapi masih saja, mereka senang bertabrakan. Padahal mayoritas bangku sekolah yang dilahap sampai Strata. Betapa nahasnya orang tua mereka membiayai sekolah yang cuma-cuma. Ah, memang karakter untuk mampu mengantre ini tidak memandang usia. Sama saja. Tua muda.

Baiklah, curhat persoalan ini tak akan selesai. Selagi menanti adanya perubahan, saya pun harus bersiap meramaikan jalan Ibu kota kembali. Cus!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun