Mohon tunggu...
Anita Isti
Anita Isti Mohon Tunggu... -

I'm an Ordinary Woman in Ordinary World ;)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maafkan Aku, Ayah

19 Mei 2017   01:35 Diperbarui: 19 Mei 2017   01:38 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayah.. Izinkanku berucap maaf padamu..
Ayah.. Izinkanku menyadari kesalahanku..
Ayah.. Izinkanku perbaiki semua kegagalanku..

Ayah.. Ingatkah, saat itu aku berjanji untuk menjadi wanita yang kuat, yang bisa menjaga bunda, jadi jagoan bunda?
Ayah pasti ingat, dan ayah mungkin kecewa. Karena sampai saat ini, aku masih belum bisa tahan air mata saat aku merindukanmu, saat aku kecewa, ataupun saat aku tersakiti..
Ayah.. Meski aku tak ingat jelas seperti apa sosokmu.. Meski aku tak tau pasti seperti apa tampannya dirimu.. Meski aku tak tau banyak sebaik apa dirimu.. Meski aku tak banyak mengingatmu karna umur 3 tahun belum banyak mengingat memory. Tapi satu yang kuingat, Ayah selalu bahagia saat menggendongku, dan ayah marah saat aku selalu menangis.

Tapi ayah.. Kini aku tlah tumbuh dewasa. Bukan lagi balita yang dulu ayah gendong dan bawa kemana-mana. Masalah yang kuhadapi kini, bukan lagi karena ingin mainan masak-masakan. Tapi, masalah yang kuhadapi kini selalu punya dua pilihan. Antara yang menguntungkan dan merugikanku, Ayah.. Dan ini berat. Tak mudah kuselesaikan tanpa perhitungan.
Sungguh, kubutuh sosokmu Ayah. Tapi kusadari, itu hanyalah mimpiku yang takkan pernah jadi kenyataan.

Jangan khawatir, Ayahku... Meski salah, meski gagal, meski kecewa, aku janji akan terus jadi yang terbaik untuk Ayah..

Aku tahu, aku sadar. Tidaklah semua terjadi melainkan karena kehendakNya. Aku sayang Ayah. Tapi Allah lebih sayangkan Ayah. Meski aku takkan pernah bisa lagi memandangmu, apalagi memelukmu, tapi semua tentangmu selalu menguatkanku saat aku rapuh.
Kearifanmu, kebijaksanaanmu, keteguhanmu, meski yang kutahu hanya sebatas mendengar cerita dari orang-orang yang mengenalmu, tapi itu semua bagaikan pundak yang siap sedia saat aku mengeluh dan saat aku bersedih.

Allah.. Terima kasih untuk semuanya.. Selalu kuyakini, bahwa takkan ada setiap ujian dariMu melainkan kami mampu menghadapinya. Dan semoga saat aku mampu mengatasinya, Kau kembali titipkan kekuatan juga kedewasaan pada hambaMu yang lemah ini. Kutitipkan jiwa-jiwa yang kusayangi agar senantiasa berada di naungan Rahmat dan Ridha-Mu. Salam rinduku, untuk Ayahanda tercinta. Berharap Kau menghadirkannya dalam mimpiki barang sejenak untuk sedikit mengobati rinduku.. Aamiin 😔

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun