Mohon tunggu...
anita anita
anita anita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kemacetan, Ciri Khas dari Ibu Kota

10 Mei 2015   21:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Pagi menunjukkan pukul 05.00 sudah tiba waktunya  bersiap-siap harus berangkat jika tidak  ingin tiba terlambat ditempat bekerja, cerita salah seorang karyawan yang sehari-hari bekerja di pusat kota Jakarta. Rutinitas berangkat dari pagi itu sudah menjadikan suatu kebiasaan yang dilakukannya beberapa tahun terakhir ini. Lima tahun yang lalu kemacetan tidak terlalu dirasakan, hanya cukup memakan waktu 1 jam bahkan terkadang bisa lebih cepat, berbeda dengan akhir-akhir  ini yang memerlukan waktu 1,5 hingga 2 jam bahkan sesekali jika keadaan cuaca berubah menjadi hujan bisa memakan waktu  hingga 3-4 jam untuk perjalanan ke pusat Jakarta.

Kemacetan yang akhir-akhir ini terjadi memang sangat terasa, kapasitas kendaraan pribadi baik beroda 4 maupun beroda 2 semakin bertambah setiap harinya, belum yang kita hadapi lagi dengan kendaraan umum lainnya.
Apa ya yang menyebabkan kemacetan hingga saat ini semakin padat? Mengapa pemerintah belum bisa mengurai kemacetan? Dimana janji-janji pemimpin pemerintahan untuk mengurangi kemacetan? Itulah yang ada dibenak setiap orang pengendara.

Yang paling umum kita ketahui dari penyebab kemacetan adalah bertambah banyaknya jumlah kendaraan. Mengapa tidak, perusahaan otomotif mewajibkan untuk meningkatkan target produksi dan penjualan setiap bulannya, itu baru satu perusahaan otomotif sedangkan di Indonesia banyak berbagai perusahaan otomotif-otomotif lainnya yang saling bersaing dalam meningkatkan penjualan produk-produk unggulan mereka, bisa dibayangkan bulan ke bulan penjualan diwajibkan untuk bertambah jadi tidak heran kalau kemacetan di ibukota setiap hari bahkan setiap bulannya semakin meningkat dan bertambah parah. Belum lagi alasan yang lainnya adalah menghadapi kendaraan umum yang beberapa sopirnya terkadang ugal-ugalan yang suka menaikkan serta menurunkan penumpang dengan sembarangan tidak pada tempatnya bahkan terkadang berhenti untuk menunggu penumpang datang. kita ketahui bahwa ruas jalan diibukota tidaklah lebar atau jarang memiliki ruas jalanan yg lebih dari 3 jalur belum lagi 1 jalur dikhususkan untuk jalur transjakarta yang kita kenal busway sehingga ruas jalur jalananpun semakin berkurang untuk kapasitas kendaraan pribadi dan umum lainnya yang melaluinya, dan jika menemukan kendaraan umum yang sopirnya yang nakal suka berhenti seenaknya berarti mengurangi ruas jalan yang tersisa sehingga dari beberapa jalur menyempit, bahkan aparat pengatur lalu lintas terlihat tidak terlalu tegas untuk menghadapi hal tersebut.

Bagaimana dengan peran pemerintah dalam mengurai kemacetan? Hingga saat ini dari pemerintahan yang kita tahu belum banyak turut berperan dalam mengurai kemacetan, mungkin dari kacamata seorang awam pemerintah belum melakukan apa-apa dalam menghadapi kemacetan di ibukota. Tetapi bagi Pemerintah sendiri merasa sudah berupaya mengurangi kemacetan yaitu melalui peningkatan transportasi massal melalui transjakarta dan MRT, apakah itu saja sudah cukup? Menyediakan saja belum cukup tetapi bagaimana cara pemerintah menjalankan agar masyarakat mau beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum yang disediakan dan bagaimana keamanannya? bagi para wanita masih merasa fasilitas-fasilitas umum tersebut jauh dari rasa aman oleh karena itu kebanyakan masih enggan untuk beralih.

Sampai kapan kemacetan ini akan terurai? Apakah kemacetan sudah dijadikan suatu kebiasaan umum, bahkan sudah dijadikan ciri khas dari Ibu Kota Jakarta?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun