Mohon tunggu...
Anita Budi Krisnawati
Anita Budi Krisnawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - netizen baik

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Lebaran di Rumah Lagi

21 Mei 2021   21:27 Diperbarui: 21 Mei 2021   22:43 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sudah dua tahun Covid-19 masih betah di Indonesia. Masyarakat mulai jenuh dengan tagline #dirumahaja. Pemerintah banting tulang dan putar otak untuk regulasi Covid-19. Vaksinasi masih terus berlanjut guna membentuk kekebalan tubuh masyarakat. Eitss, kalau sudah divaksin bukan berarti bisa bebas. Harus tetap patuhi protokol dan hindari kerumunan. 

Pemerintah telah secara resmi melarang mudik Lebaran 2021 selama 6-17 Mei 2021. Namun, sebelum tanggal tersebut banyak masyarakat yang mudik. Pemerintah memperbolehkan mudik sebelum tanggal 6-17 Mei 2021 dengan syarat protokol kesehatan harus dipatuhi. Menurut kemenhub, Tempo (30 April 2021) ada 18,9 juta nekat warga mudik. Ya bukan orang Indonesia namanya kalau nggak nekat. Menurut survei Balitbang Kemenhub (15-17 April 2021), alasan warga +62 mudik adalah keluarga menetap di kampung, ingin mengunjungi orang tua dan saudara, dan jenuh dengan rutinitas era Covid-19. Kalau kalian tim mana? Nekat atau patuh?. Jangan sampai dengan kenekatan yang kalian lakukan menjadi bumerang bagi diri sendiri dan keluarga.

Kenapa tidak boleh mudik? karena setelah lebaran dan libur panjang, orang yang positif Covid-19 akan melonjak. Padahal belakangan ini sudah mulai menurun angkanya. Jadi harus tetap dijaga dan tidak boleh lengah. Belajar dari kasus India, masyarakat berkerumun dalam jumlah besar karena melakukan ritual keagamaan tanpa protokol kesehatan. Akibatnya, India mengalami lonjakan yang cukup besar. Bahkan rumah sakit mulai kolaps. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mencegah hal serupa dengan melarang mudik. 

Lebaran selalu identik berkumpul dengan keluarga, makan bareng, dan bercengkrama, makan opor ayam, makan kue nastar, dapat THR dari saudara yang lebih tajir. Hal seperti itu mungkin tidak bisa kamu dapatkan saat pandemi. Kecuali kalau ada yang mau kasih THR online atau e-money lewat Ovo, Go-Pay dan lain-lain. Daripada menghiasi pikiranmu dengan hal-hal tersebut dan membuat pikiranmu berkelana, lebih baiknya fokus sama yang ada didepan mata. Buat planning untuk masa depan kamu. Jika kita melihat ke bawah, masih banyak orang yang belum beruntung. Tetap bersyukur apapun keadaanmu dan ambil sisi positifnya. 

Buat kamu yang masih terjebak di perantauan, aku punya tips untuk mengobati rindu buat keluarga dan saudara. Pertama, berdoa. Dengan berdoa membuat hatimu tenang dan serahkan segalanya kepada Tuhan. Kedua, berbuat sesuatu yang positif entah membaca buku, menonton film, memasak atau sesuaikan dengan hobi kamu. 

Jangan dengerin lagu yang membuat rindumu menumpuk atau lagu yang mengingatkan memorimu dengan keluarga dan saudara. Ketiga, di zaman yang serba canggih ini banyak fitur yang bisa kamu gunakan untuk menjalin komunikasi dengan keluargamu. WhatsApp, Line, telepon bahkan sms. Setidaknya keempat media tersebut dapat mengobati rindu kamu. Kamu tidak perlu ke kantor pos untuk mengirim surat dan menunggu balasan surat sampai berhari-hari.

Kita semua ingin pandemi lekas usai. Namun, hal tersebut hanya mimpi kalau tidak ada tindakan. Klaster mudik itu nyata lho! Buat kamu yang masih bandel tolong pikirkan resikonya. Menurut Media Indonesia (21 April 2021), 39 warga terpapar Covid-19 di Pati. Masing-masing punya resiko termasuk berkumpul dengan keluarga sendiri. Tanpa kita sadari, bisa saja kita yang membawa virus dari luar atau keluarga kalian yang pembawa virus. Tidak mudik berarti menjaga diri sendiri dan keluarga. Mari kita sadar dan saling intropeksi kalau tidak ingin lebaran tahun-tahun berikutnya dirumah(lagi).
#staysafe

#stayhealthy

   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun