Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Situs Berita Online Radikal dan Bahayanya Bagi Kita

5 Maret 2021   10:38 Diperbarui: 5 Maret 2021   10:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya bertanya kepada Anda : dalam setahun ini, berapa kalikah Anda membaca koran dalam bentuk cetak? Berapa kali juga membeli dan membaca majalah kesukaan Anda, yang penuh dengan gambar-gambar menakjubkan dan membuat iri alang kepalang. Apakah Anda tetap memilih berlangganan koran dibanding berlangganan Netflix?

Jika merujuk dengan trend kesukaan keluarga maka sebuah keluarga akan memilih berlangganan netflik dibanding berlangganan koran cetak dan majalah cetak. Itu lebih disukai anak-anak dan istri dibanding jika berlangganan majalah cetak. Jika butuh berita, bisa tercukupi dengan mencarinya di berita online yang banyak sekali pilihannya. Media cetak dan majalah cetak semakin jauh dari kita. Kita lebih memilih informasi yang ada di genggaman.

Mungkin secara ekonomi, banyak pakar marketing menerangkan soal fenomena disrupsi. Dirupsi  adalah satu keadaan dimana sesuatu terganggu karena keberadaan sesuatu lainnya. Marketing konvensional memang sudah sangat terganggu dengan fenomena belanja online yang mewabah masyarakat kita, yang diikuti dengan pilihan bebas atas banyak barang dari marketplace yang mulai disukai oleh masyarakat terlebih pada masa pandemic Covid-19 seperti sekarang ini. Orang tidak bisa keluar kota atau makan direstoran yang sangat ramai, maka pilihannya adalah memesannya dari marketplace.

Karena kebutuhan akan informasi tetap ada dengan berubah bentuk (menjadi digital) maka berita-berita online menjadi satu kebutuhan pada masa ini. Di sisi lain, cukup banyak media online yang ada , namun berbeda dengan media cetak atau media online yang berafiliasi dengan perusahaan besar seperti kompas.com, tempo.co dan beberapa lainnya,

Hanya saja ada, bahkan banyak situs berita penyedia informasi yang tidak terverifikasi bahkan banyak juga yang merupakan situs  yang berisi menghasut , memfitnah dan diantara mereka banyak yang 'berlindung' atas nama agama.

Atas anma agama mereka mengajarkan agama yang dianggap murni dan tidak terkontaminasi dengan budaya setempat. Jadilah mereka tidak pernah menziarahi kubur, tidak memanjatkan doa pada 1-7 hari, 40 hari kematian kerabat, karena itu dianggap menyalahi agama yang sebenar-benarnya. Beberapa pihak malah memilih melancarkan jihad melawan kaum Muslim yang tidak mau menerima ajaran-ajaran mereka.

Pengamat keislaman Azyumardi Azra mengatakan, sebagian ulama di Sumatera Barat pada 1800-an, "memilih pendekatan lebih radikal dan melancarkan jihad melawan kaum Muslim yang tidak mau menerima ajaran-ajaran mereka." Ajaran mereka cenderung radikal dan membentuk para pengikutnya menjadi militan. Bahayanya, ajaran-ajaran mereka ini sering disebarkan melalui situs-situs seperti diceritakan di atas. Mereka juga tak segan menciptakan hoax dan fitnah yang 'mematikan'

Sehingga mau tak mau kita harus berhati-hati terhadap hal-hal ini. Membaca berita online boleh, namun harus lebih waspada terhadap kita sendiri dan keluara kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun