Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pers sebagai Acuan Informasi Masyarakat

4 Februari 2020   04:05 Diperbarui: 4 Februari 2020   04:27 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi memang mengubah banyak hal dalam masyarakat terutama dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi. Jika dahulu kita memperolehnya dari media mainstream seperti koran, televisi dan radio, kini perolehan informasi itu berkembang pesat dengan memperolehnya dari internet atau media sosial.

Ada dua hal yang berbeda antara informasi dari media mainstream dan media sosial, yaitu soal konfirmasi data (verifikasi) dan tahapan-tahapan jurnalistik. 

Pada media mainstream ada tahapan-tahapan jurnalistik yang harus dipenuhi sebelumsebuah informasi tayang yaitu akurasi (ketepatan story dan data), magnitude (daya tarik informasi bagi masyarakat), proximity (keterdekatan ), keberimbangan dan ketidak berpihakan (netralitas) sehingga sebuah media diharuskan untuk meminta penjelasan informasi dari dua pihak. 

Selain itu sebuah media harus memikirkan dampak ketika sebuah informasi dilempar ke masyarakat. Hal-hal tertentu harus dipikirkan agar masyarakat tidak bergejolak. 

Informasi soal Corona virus umpamaya. Media mainstream akan mempertimbangan juga gejolak yang mungkin muncul di masyarakat jika media memberitakan bahwa penderita corona virus di China sangat mengerikan karena rumah sakit dan medis di sana kewalahan menangani penderita penyakit itu. Selain itu jurnalistik sangat rigid (ketat) soal data, karena harus selalu update dan dikonfirmasi kepada pihak sumber berita.

Hal-hal di atas, tidak berlaku pada media sosial. Medsos tidak mengenal tahapan tahapan itu karena swakelola. Seseorang bisa membuat konten dan menyebarkan sendiri dan kemudian viral tanpa memerlukan energy lebih untuk verifikasi data, dan pertimbangan soal dampak. 

Informasi yang beredar di medsos cenderung tidak memenuhi kriteria jurnalistik secara lengkap kecuali magnitude. Informasi viral di medsos bisa saja adalah informasi yang tak layak dikonsumsi oleh anak-anak atau remaja. Informasi di medsos amat sulit dikendalikan.

Medsos sangat mengabaikan  soal dampak informasi yang dibawanya. Mungkin kita ingat bagaimana informasi soal Pilpres dan Pilkada Jakarta. Konten-konten di medsos sarat dengan ujaran ke bencian yang makin lama makin parah dan membuat masyarakat terbelah. Selain itu informasi itu juga membingungkan masyarkat.

Kondisi itu harus segera disadari oleh masyarakat untuk selalu berupaya memperoleh kebenaran terhadap satu informasi, apalagi yang diperoleh dari media sosial. Upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah cek dan ricek data sehingga dapat diperoleh informasi yang mendekati presisi.

Di sisi lain kita juga berharap media massa mainstream kembali dapat memainkan peranannya sebagai pilar keempat demokrasi. Saat ini media mainstram memang terlihat tertatih dalam menampaki pengelolaan infomasi dan di sisi lain dia harus mempertimbangkan teknologi, sumberdaya manusia dan bisnis.

Semoga suatu saat nanti, media mainstream kita bisa lebih tegak dalam menyuarakan keadilan dan kebenaran. Juga kembali menjadi 'penerang' bagi kesalahan-kesalahan informasi yang terlanjur dilakukan oleh media sosial. Semoga media mainstream kembali menjadi acuan informasi  bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun