Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbeda Itu Indah, Beragam Itu Anugerah

18 Januari 2018   06:19 Diperbarui: 18 Januari 2018   08:54 3242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - www.ahlulbaitindonesia.or.id

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang seringkali mempersoalkan mengenai perbedaan. Begitu juga di tahun politik seperti sekarang ini. Perbedaan seolah-olah menjadi hal yang mengkhawatirkan, menjadi sebuah persoalan, dan bias menjadi ancaman jika terus diprovokasi. Orang berbeda pilihan politik, bias berujung menjadi ancaman. Orang berbeda pilihan ideologi, juga bisa menjadi stigma. Bahkan, orang yang berbeda agama, juga bisa dicap sebagai kafir oleh kelompok radikal. Meski fakta ini tidak sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia, namun fakta ini terbukti mengganggu dan mampu memprovokasi generasi muda kita.

Di tahun politik seperti sekarang ini, perbedaan bisa menjadi alat untuk menjatuhkan elektabilitas pasangan calon. Perbedaan juga bisa dijadikan alat untuk memecah belah suara masyarakat. Informasi hoax diperkirakan juga akan kembali dimunculkan, untuk memperkuat anggapan bahwa perbedaan itu adalah sumber persoalan. Padahal, jika kita bisa melihat secara obyektif, berbeda itu akan menjadi sebuah keindahan. Kenapa? Karena dalam perbedaan, akan bisa membuat negeri ini kaya. Dalam perbedaan akan membuat kita belajar saling menghargai.

Ingat, Tuhan menciptakan manusia berbeda satu dengan yang lainnya. Karena itulah Tuhan menganjurkan kepada setiap umat manusia, untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Dalam upaya saling mengenal itulah, dituntut adanya saling memahami dan mengerti. Karena di Indonesia tidak hanya diisi oleh masyarakat yang beragama Islam, tapi juga ada Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Ternyata di Indonesia tidak hanya ada suku Jawa, tapi juga ada Dayak, Sunda, Asmat, dan ribuan suku yang lain. Pemahaman dan pengertian ini perlu, agar kita juga tahu bagaimana adat istiadat yang melakat pada masing-masing orang.

Untuk itulah, jika dalam kontestasi politik ada yang menyatakan mayoritas harus yang berkuasa, agama tertentu harus yang memimpin, atau suku tertentu yang harus memimpin, lebih baik tidak perlu jadi bahan pertimbangan. Jika calon pemimpin yang bertarung dalam pilkada serentak mendatang, mempunyai kriteria yang bagus untuk menjadi pemimpin, kenapa tidak dipilih. Terlepas apa suku dan agamanya. Satu hal yang harus disadari adalah, di Negara ini karakternya majemuk. Masyarakat model apa saja bisa kita lihat dan temukan. Begitu juga dengan calon pemimpin yang muncul. Bisa dari mana saja. Untuk itulah, mari kita bisa berpikir logis dan tidak menjadikan perbedaan ini menjadi persoalan.

Perbedaan harus disinergikan agar bisa menjadi harmoni yang indah. Itulah yang kemudian disebut toleransi dan kerukunan antar umat. Dalam perbedaan, setiap orang bisa hidup berdampingan dan saling tolong menolong. Karena Tuhan telah menciptakan Indonesia dalam keberagaman. Karena itulah hidup dalam keberagaman itu tidak bias dihindari. Ingat, keberagaman merupakan anugerah Tuhan yang harus kita jaga, dan kita kenalkan kepada generasi berikutnya. Hal ini penting agar generasi berikutnya bisa menjadi generasi yang toleran, bukan generasi yang mudah marah hanya karena saling berbeda.

Perbedaan dan keberagaman sebenarnya merupakan anugerah. Karena ini anugerah, semestinya bisa berdampak pada kedamaian, ketenangan dan kenyamanan. Namun jika kita memandang anugerah ini sebagai sumber persoalan, maka yang terjadi adalah konflik berkepanjangan yang tidak ada habisnya. Kita pernah mengalami konflik antar suku.

Tentu kita tidak ingin konflik itu kembali terulang, karena kepentingan politik atau kepentingan yang lain. Perbedaan akan menjadi indah, dan keberagaman akan terasa sebagai anugerah, jika kita bisa saling memahami satu dengan yang lain. Jika kerukunan dan toleransi itu tidak ada dalam pribadi kita masing-masing, maka yang terjadi adalah kebencian. Dan jika kebencian itu terus dipelihara, makan disitulah bibit radikalisme dan terorisme itu mulai menyusup dalam diri. Mari saling introspeksi dan mengingatkan. Agar Indonesia bisa terbebas dari segala bentuk pengaruh buruk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun