Mohon tunggu...
Anisyah Ramadhani
Anisyah Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UINSA

A little work a lot of play

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tsunami Covid-19 India sebagai Krisis Virus Corona Terparah di Dunia: Siapa yang Harus Disalahkan?

3 Juli 2021   18:40 Diperbarui: 3 Juli 2021   18:44 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada April 2021, masyarakat internasional kembali digemparkan dengan hadirnya gelombang kedua Covid-19 di India, dimana kasusnya disebut-sebut sebagai krisis virus Corona terparah di dunia.

Jika kita mengingat kembali saat dimana pertama kali Covid-19 muncul dan menginfeksi seluruh kota Wuhan di China, jujur saja pasti beberapa orang termasuk penulis sendiri, tidak pernah membayangkan jika dalam waktu singkat pandemi bisa menyebar luas di seluruh dunia. Pandemi merupakan ancaman serius bagi keamanan manusia karena hal ini menargetkan nyawa seseorang, dan tidak seperti kejahatan biasanya yang dilakukan oleh manusia, pandemi tidak bisa dihentikan dengan cara dihukum. Pandemi Covid-19 sendiri merupakan virus yang menyebar terutama diantara orang-orang yang melakukan kontak jarak dekat, dan seseorang dapat terinfeksi ketika tetesan yang mengandung virus (batuk/bersin) terhirup atau bersentuhan langsung dengan mata, hidung, atau mulut (WHO, 2020). Korban yang ditimbulkan tidak sedikit jumlahnya, dan pengaruh Covid-19 sendiri menjalar ke segala bidang kehidupan. Dalam hal ini, tidak ada cara selain semua negara di dunia harus bekerja sama untuk menyatukan peran dan pikiran mereka demi melindungi warganya dari bahaya pandemi.

Sejak merebaknya pandemi Covid-19, masyarakat dunia telah berulang kali dipaksa melalui situasi-situasi krisis dimana ketakutan dan penderitaan seolah-olah sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Seiring berjalannya waktu, sebagian besar negara-negara di dunia sudah mulai bisa mengontrol kondisi di negaranya menjadi lebih baik daripada saat pertama kali pandemi terjadi—artinya tidak semua negara sudah berhasil mengatasinya, dan salah satu negara yang kembali merasakan krisis hebat akibat Covid-19 adalah India,

India telah berhasil melalui gelombang pertama Covid-19 di negaranya dengan kondisi yang tergolong tidak terlalu parah. Meskipun begitu, rendahnya tingkat vaksinasi, dilegalkannya pertemuan massal, dan hadirnya varian baru virus Corona yang lebih cepat menular dipercaya sebagai penyebab utama terjadinya gelombang kedua Covid-19 di India. Menurut informasi resmi, kasus Covid-19 di India menjadi terparah yang kedua di dunia setelah berhasil melampaui Brazil, dan saat ini masih menyaingi Amerika Serikat. Tetapi para ahli berpendapat bahwa kasus di India sebenarnya jauh lebih parah daripada kedua negara tersebut (Time, 2021). Hal ini didukung dengan pernyataan dari WHO yang mengkhawatirkan bahwa angka infeksi virus Corona di India berpotensi lebih besar dari laporan resmi. Penyebabnya utamanya adalah India memiliki akses yang kurang memadai untuk pengujian virus terutama di daerah pedesaan. Vaksinasi pun masih dilakukan kepada 2,1 juta orang setiap harinya yang berarti hanya sekitar 0,15 persen dari jumlah populasi masyarakat India. Dalam hal ini, peneliti WHO mengatakan bahwa parahnya tingkat infeksi di berbagai bagian negara dinilai masih belum mengalami puncak karena adanya penyebaran virus yang sangat cepat dan masih sangat sedikit penduduk yang telah divaksin, artinya kasus masih bisa menjadi lebih parah lagi.

Pada 13 April 2021, India telah memiliki 13,5 juta kasus yang dikonfirmasi dengan infeksi harian mencapai tingkat tertinggi sepanjang masa yaitu sebanyak 168.912 orang (Time, 2021). Menurut data dari JHU CSSE Covid-19, puncaknya terjadi pada 6 Mei 2021, dimana dalam satu hari kasus terinfeksi di India sebanyak 412.431 orang. Sampai detik ini, kematian karena Covid-19 di India diperkirakan lebih dari 390.000 jiwa, dengan kasus lebih dari 30 juta. Terlebih lagi, penanganan pasien terinfeksi Covid-19 di India tergolong sangat berantakan. Rumah sakit terpaksa menampung pasien-pasien yang terus berdatangan di bangsal penuh sesak karena sudah tidak ada lagi ranjang yang tersisa. India juga kekurangan alat-alat medis lainnya seperti obat-obatan, ventilator, dan konsentrator oksigen. Jerman, Prancis, Uni Eropa, Inggris, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Pakistan menjadi negara yang turut menyelamatkan krisis kesehatan di India dengan pemberian bantuan medis mereka.

Dalam hal ini, siapakah yang harus disalahkan atas parahnya kasus tsunami Covid-19 di India? Apakah itu hasil dari kesalahan masyarakat atau pemerintah? Penulis berpendapat bahwa, penyebab parahnya kasus Covid-19 di India adalah karena kurang tanggapnya pemerintah India itu sendiri dalam upaya mereka memenuhi fasilitas-fasilitas yang belum maksimal seperti obat-obatan dan bantuan oksigen, yang seharusnya dapat dilakukan dalam jeda waktu 8 bulan sebelum merebaknya gelombang kedua, dan kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya menertibkan masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan karena sikap mereka yang meremehkan bahaya nyata dari virus Corona.

Faktanya, pemerintah India justru melaksanakan pemilu yang melibatkan 186 juta orang dengan kampanye pada bulan Maret hingga April. Mereka juga memperbolehkan diadakannya acara olahraga dan keagamaan besar—yang tentu saja segala kegiatan itu dilakukan tanpa memperhatikan protokol kesehatan. Hal ini terjadi karena terdapat penurunan tajam kasus Covid-19 pada bulan Januari di India, sehingga Narendra Modi—Perdana Menteri India mengeklaim bahwa segala upaya mereka telah berhasil mengalahkan pandemi Covid-19 (Kompas, 2021). Tidak hanya itu, sejumlah Menteri Modi justru dengan santainya mengikuti kampanye politik yang dihadiri dan disaksikan banyak orang tanpa menggunakan masker. Akibatnya, masyarakat pun turut menganggap enteng keberadaan virus yang sesungguhnya masih berkeliaran disekitar mereka, dan turut merealisasikan deklarasi kemenangan pemerintah dengan mulai mengabaikan protokol kesehatan.

Hal yang paling menjadi sorotan atas parahnya Tsunami Covid-19 di India adalah pasien-pasien yang terinfeksi Corona tidak mendapatkan perawatan yang layak. Menurut informasi, terdapat 25 keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka akibat infeksi Covid-19 dikarenakan rumah sakit tidak memiliki bantuan oksigen yang tersisa. Pemerintah pusat India baru bergerak untuk mengatur isi ulang bantuan oksigen pada tengah malam sesaat ketika munculnya permohonan putus asa dari publik yang disampaikan melalui Menteri utama. Di rumah sakit besar Delhi, bantuan tanker oksigen pun baru tiba tidak lama setelah terdengar peringatan mengerikan bahwa 60 pasien sedang berada di ambang kematian (BBC, 2021). Sampai disini dapat dikatakan bahwa pemerintah India tidak hanya gagal dalam mengontrol peningkatan virus, tetapi juga gagal dalam penanganannya.

Lebih jauhnya, pemerintah bahkan kewalahan dalam menangani korban tewas karena Covid-19, hal ini ditunjukkan melalui banyaknya ditemukan kuburan dangkal dan tumpukan kayu bakar di daerah sungai Kannauj, Kanpur, Unnao, Prayagraj, dan tempat-tempat lainnya. Diketahui bahwa penduduk setempat telah melaporkan adanya bau busuk karena mayat-mayat tersebut, tetapi pihak berwenang mengabaikan keluhan mereka sampai akhirnya berita tentang penemuan mayat di hilir sungai Bihar menjadi berita utama di India (BBC, 2021). Dalam hal ini, masyarakat terpaksa mengkremasi dan menguburkan orang tercinta mereka disana karena negara mengalami kekurangan penyediaan fasilitas dalam berbagai aspek, termasuk dalam hal mengkremasi mayat. Meskipun perilaku masyarakat itu salah karena dapat membahayakan lingkungan, tetapi pemerintah juga tidak mampu melakukan apa-apa, karena pada dasarnya mereka kurang penyediaan fasilitas dan pengawasan dari awal. Dengan begitu, kasus Covid-19 yang tiba-tiba meningkat pesat ini mendorong terjadinya krisis kesehatan India secara menyeluruh, mulai dari kota-kota hingga ke sudut-sudut terpencil negara.

Melihat kekacauan di negara tersebut, baik masyarakat India maupun masyarakat internasional tentunya tidak bisa tinggal diam. Mereka melakukan sejumlah protes melalui sosial media yang kurang lebih mengatakan bahwa pemerintah India telah meremehkan kasus Covid-19 di negara mereka dan membiarkan banyak orang kehilangan nyawa karena kelalaian mereka. Naasnya, pemerintah India tidak menanggapi hal tersebut dengan mengakui kesalahan mereka dan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki kelalaian yang sudah mereka perbuat, melainkan, mereka justru memblokir ulasan-ulasan tersebut. Menurut Lumen Database, melalui sebuah inisiatif Universitas Harvard yang melacak permintaan penghapusan, terdapat setidaknya 52 tweet dari tokoh-tokoh terkemuka yang menyuarakan pendapatnya tentang pemerintah India terkait masalah Tsunami Covid-19 telah diblokir (The Washington Post, 2021). Padahal, kebanyakan tweet tersebut hanya mengandung konten-konten yang menunjukkan dokumentasi keadaan Covid-19 di India, atau sekedar menyatakan protes terhadap kelalaian pemerintah India, yang mana semua hal tersebut merupakan sebuah kenyataan yang seharusnya sudah banyak diketahui publik. Hal ini membuat penulis berpikir bahwa pemerintah India bahkan lebih peduli terhadap bagaimana cara menjaga image mereka daripada menyelamatkan penduduk-penduduknya yang sekarat.

Sampai disini, dapat dikatakan bahwa pemerintah India berperan besar dalam mendorong terjadinya Tsunami Covid-19 di India hingga kasusnya menjadi sangat memilukan dan menuai banyak kontroversial dari masyarakat internasional. Selain menganggap remeh virus Corona dan mencontohkan perilaku tidak masuk akal dengan melegalkan acara-acara besar tanpa protokol kesehatan, mereka juga tidak mampu menyediakan pelayanan terbaik untuk para pasien terinfeksi Covid-19, mulai dari penanganan saat di rumah sakit hingga pemakaman. Terlebih lagi, adanya kasus penghapusan opini publik yang mengkritik pemerintah India semakin menimbulkan pertanyaan apakah pemerintah India benar-benar peduli terhadap nyawa masyarakatnya? Atau segala hal yang mereka lakukan semata-mata hanya untuk menjaga pandangan dunia terhadap mereka? Padahal salah satu tugas penting negara adalah untuk menegakkan aspek-aspek keamanan manusia, karena pada dasarnya konsep keamanan tersebut sudah menjadi satu bagian dengan keamanan negara. Pandemi itu sendiri sudah merupakan ancaman serius bagi keamanan manusia, dan seharusnya pemerintah dan masyarakat saling bekerjasama untuk melawan ancaman tersebut. Namun dalam kasus di India, pemerintah justru mendeklarasikan kemenangan melawan Covid-19 yang sebenarnya sama sekali belum berakhir. Akibatnya, mereka memicu datangnya serangan gelombang kedua tanpa dapat melakukan banyak perlawanan karena kurangnya persiapan, sedangkan masyarakat terus menjadi korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun