Mohon tunggu...
Anistia Nurhakim Suwardi
Anistia Nurhakim Suwardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hidup adalah perjalanan mengumpulkan bekal amal menuju akhirat. Bergabung kompasiana 26 Maret 2021

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Aturan Pemerintah Bikin Lebaran Berjauhan dengan Orangtua, Parcel sebagai Gantinya

7 Mei 2021   08:00 Diperbarui: 7 Mei 2021   08:09 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Fitri Card | Koleksi Pribadi Canva

Ketika Fatimah mendatangi Ayahnya, "Wahai Ayahku, mengapa engkau menangis?"

Tak kuasa menjawab, Rasulullah langsung memeluk anaknya itu dan megucapkan surga untukmu nak, surga untukmu nak.

Kisah ini memberikan makna begitu mendalam bagiku. Kisah ini mengubah jalan pikirku. Memang ternyata ilmu penting sekali untuk menjalani kehidupan ini. Setelah mendengar kisah ini, saya dan suami biasanya menyisihkan sebagian harta untuk membeli beberapa paket sembako, kami bungkus dan membagikannya ke tetangga yang membutuhkan. Biasanya kami membuat list orang-orang terdekat dan tetangga yang kurang mampu.

Walau kami tak bisa seperti Ali dan Fatimah hingga memakan gandum basi, namun usaha kecil kami setidaknya sudah mengubah budaya belanja dengan berbagi saat akhir ramadan, ingin sedikit mencoba meneladani walau belum sepenuhnya hingga menghabiskan harta. Memang disini sangat diuji, tarik menarik urusan duniawi sangat luarbiasa. Kita harus bisa mengontrol jangan sampai terlena dengan dunia yang fana dan sementara.

Tahun ini, pertama kalinya lebaran tidak bersama orangtua, karena tahun ini juga kami merantau dan tinggal di Ibu kota. Aturan tidak boleh mudik membuat lebaran kali ini menjadi berbeda. Sedih rasanya tidak bisa berkumpul saat hari raya idul fitri.

Biasanya kami berjalan bersama ke lapangan untuk shalat idul fitri di pagi hari. Pulang shalat sungkeman dengan orangtua yang terkadang meneteskan air mata haru sambil berpelukan dengan Mama Papa dan adik-adik, juga suami. Kali ini sepertinya berdua saja dengan suami, rencananya sih akan berkunjung ke kerabat dekat yang masih satu wilayah untuk bersilaturahmi. 

Budaya belanja saat lebaran membuat pertanyaan, belanja apa untuk lebaran? terdengar lumrah, bahkan biasanya, eh kamu sudah beli baju lebaran?

Jika pertanyaannya lebaran belanja apa?

Jawabannya belanja sembako untuk fakir miskin menjadi budaya keluarga kecil kami, ini adalah buah hikmah dari kisah diatas yang bisa diteladani. Namun tahun ini dititipkan saja, biasanya belanja sendiri dan membagikan bersama suami tapi kali ini berbeda karena situasi dan kondisi. 

Lalu parcel dan kue lebaran akan menjadi list belanja lebaran. Bukan untuk diri sendiri, tapi untuk keluarga tercinta yang tak bisa bersua saat hari raya nanti.

Sadar, parcel tidak akan pernah bisa menggantikan kehadiran raga saat hari raya, namun minimal dengan mengirimkan parcel lebaran bisa memberikan kebahagiaan untuk keluarga. "Saling memberi hadiahlah diantara kalian, maka akan tumbuh kasih sayang diantara kalian" HR Bukhari

Aturan pemerintah untuk tidak boleh mudik pasti demi kebaikan untuk warganya juga. Supaya menekan angka penyebaran penyakit Covid-19. Tidak bertemu saat hari raya jangan dijadikan masalah hingga mengotori hari raya dengan sumpah serapah pada pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun