Mohon tunggu...
Anistia Nurhakim Suwardi
Anistia Nurhakim Suwardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hidup adalah perjalanan mengumpulkan bekal amal menuju akhirat. Bergabung kompasiana 26 Maret 2021

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Segala-gala Virtual, Bahkan Bukber dan Sahur?

25 April 2021   21:22 Diperbarui: 25 April 2021   21:31 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi mengubah banyak hal. adanya aturan jaga jarak membuat orang kantoran kini bekerja di rumah atau Work From Home. Bahkan anak sekolah belajar secara daring, rasanya esensi belajar di kelas itu telah tiada. lalu sekarang saat ramadan, tradisi buka bersama diganti dengan bukber virtual?

Pertama dari pandangan saya, apakah buka bersama adalah kewajiban? Tentu jawabannya tidak. Kewajiban itu sholat 5 waktu dan puasa saat bulan ramadan ya, tapi mengapa bukber penting sekali sampai harus diubah menjadi bukber virtual?

Mungkin adanya bukber virtual itu karena kebutuhan untuk bersilaturahmi dan berkomunikasi antara manusia satu dan lainnya, lalu untuk menjaga jalinan kekerabatan juga, sehingga kebutuhan untuk bukber virtual pun menjadi sebuah kepentingan. 

Biasanya kita punya circle pertemanan yang sangat dekat sekali (hanya beberapa orang saja), sehingga bukber tahunan sudah menjadi kebiasaan. Tapi ketika diganti dengan bukber virtual apakah bisa menggantikan 'rasa' pertemuan secara langsung? 

Menurut pandangan saya bukber virtual itu antara penting dan tidak penting.

Bisa jadi penting bagi anak yang merantau, kerinduan buka bersama orangtua dan saudara pasti ada. Sehingga bukber virtual ini dapat menemani saat makan sendiri, melepas rindu antara anak dan Ibu. Seorang Ibu pasti khawatir anaknya yang nun jauh disana makan sama apa, menunya apa, bagaimana kondisinya, sehingga ketika jarak memisahkan video call saat waktu berbuka akan menjadi obat rindu.

Saya pun merasakan, walau saya sudah memiliki suami namun tetap ada kerinduan untuk bisa buka dan sahur bersama orangtua. Sejujurnya saya belum pernah bukber virtual, karena biasanya khusu dan fokus pada menu berbuka dan menikmati makanan bersama orang terdekat atau suami, lalu lanjut melaksanakan sholat maghrib karena waktunya yang sebentar. Ini justru yang harus diperhatikan. kenyamanan dalam beribadah. seringkali adanya bukber membuat orang melewatkan shalat maghrib. duh jangan sampai seperti itu ya. 

Bukber virtual sih belum pernah tapi saat sahur, beberapa kali orangtua menelepon di grup keluarga, sehingga saya, orangtua dan adik mengobrol bersama di telepon, itupun tidak lama, hanya sekedar membangunkan sahur. Setelah itu ya fokus menikmati santapan makanan sahur. kalau mau ngobrol bisa dilanjut lagi saja nanti siang hari, karena saat sahur pun ada jadwal imsak.

Ternyata adanya jadwal waktu berbuka, shalat, jadwal imsak saat sahur, dll membuat kita sadar pentingnya mengelola waktu dan ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin, bukankah begitu? jika kita sahur jam 4.00, maka kita akan berfokus hanya pada makanan saja dan ingin segera menghabiskannya karena takut keburu imsak bukan?. Jika terlalu banyak berkomunikasi apa yang terjadi? bisa lama menghabiskan makanannya, iya kan? begitu pun dengan berbuka.

Soal bukber virtual. Jika keluarga kita dekat, akan lebih baik jika kita menghabiskan waktu bersama keluarga saja dan makan bersama orang terdekat. Bayangkan saja jika seseorang sudah menikah ataupun berkeluarga, jadwal buka puasa yang seharusnya dinikmati di meja makan berkumpul bersama anak istri, eeh ini malah harus buka laptop dan berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda tempat dengan menu yang berbeda pula alias bukber virtual. Lalu saat bukber virtual mungkin kita hanya menyaksikan layar dan menatap orang lain yang sedang menikmati menu berbukanya. karena jadwal berbuka itu jadwal makan, iya kan? bukan jadwal berkomunikasi secara virtual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun