Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2022 dimulai pada tanggal 11 Juli sampai dengan 10 Agustus 2022. Sebanyak 7.200 mahasiswa UPI mengikuti kegiatan KKN tersebut. Pada kegiatan KKN tahun ini, tema yang dipilih yaitu Partisipasi Mahasiswa dalam Menguatkan dan Meningkatkan Program SDG’s Desa dan Rekognisi MBKM-Puspresnas Kemdikbudristek. Setiap poin yang terdapat dalam SDG’s menjadi program yang harus dilaksanakan oleh masing-masing kelompok kegiatan KKN. Oleh karena itu, beragam tema SDG’s tersebut harus direalisasikan menjadi sebuah program yang bermanfaat bagi masyarakat selama kurang lebih satu bulan.
Dilansir dari www.undp.org dengan terjemahan, Sustainable Development Goals (SDG’s) adalah tujuan global yang berbasis tindakan untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi Bumi dan memastikan bahwa semua orang menikmati perdamaian dan kemakmuran. Sasaran SDG’s dalam kegiatan KKN UPI kali ini adalah tingkat desa. Maka dari itu, diharapkan program-program yang dicanangkan oleh para mahasiswa dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan konsep pembangunan berkelanjutan pada tingkat desa.
Kelompok KKN 92 yang dibimbing oleh Bapak Dr. H. Sudirman, M.Ag. mendapatkan tema KKN mengenai Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi. Kelompok 92 berdasarkan domisili terbagi menjadi empat kecamatan yaitu, Kecamatan Soreang, Pangalengan, Ciwidey dan Pasir Jambu. Kelompok Kecamatan Soreang sendiri memilih Desa Panyirapan sebagai desa tempat kegiatan KKN berlangsung. Selain itu, salah satu RW di Desa Panyirapan, yaitu RW 09 dipilih menjadi fokus sasaran program pada masyarakat. Salah satu program yang dilaksanakan yaitu mengenai pemberian alat-alat kebersihan. Dengan adanya program tersebut, diharapkan dapat membantu masyarakat lebih sadar akan pentingnya sanitasi dan menjaga lingkungan.
Kegiatan tersebut dilakukan pada hari Jum’at (05/08/2022). Program pemberian alat-alat kebersihan yang dilakukan di antaranya yaitu penyediaan sapu lantai, pengki, sapu lidi dan tempat sampah. Khusus untuk tempat sampah dilakukan pengecatan tong menjadi dua jenis, yaitu tempat sampah organik dan tempat sampah anorganik. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat secara umum tentang pemilahan jenis sampah. Masyarakat bisa memilih terlebih dahulu jenis sampah yang akan dibuang ke dalam tong sampah. Dengan demikian, diharapkan masyarakat bisa memanfaatkan alat-alat kebersihan yang diberikan supaya mampu menjaga kebersihan lingkungannya sendiri.
Bapak Didin Wahyudin, selaku Ketua RW 09 menyambut baik rencana kegiatan yang disusun oleh para mahasiswa mengenai program pemberian alat-alat kebersihan. Beliau mengungkapkan rasa terima kasihnya atas segala bantuan yang dilakukan. Program yang dilakukan mahasiswa ini sangat membantu warga dalam penyediaan alat-alat kebersihan. Oleh karena itu, Bapak Ketua RW 09 memberi dukungan penuh terhadap segala program KKN yang dicanangkan para mahasiswa.
Alat-alat kebersihan tersebut ditempatkan beberapa tempat yang berbeda. Alat-alat seperti sapu lidi, sapu lantai, pengki dan dua buah tong sampah ditempatkan pada dua mesjid yang berbeda di RW 09, yaitu Mesjid Al-Ikhsan dan Mesjid Al-Falaq. Untuk sisa tempat sampah ditempatkan di lingkungan RW 09 yang dekat dengan pemukiman agar bisa terpantau oleh masyarakat itu sendiri. Penempatan alat-alat kebersihan tersebut dilakukan secara berbeda agar mampu mengakomodasi wilayah yang sering dikunjungi oleh masyarakat. Oleh karena itu, alat-alat kebersihan tersebut bisa digunakan secara lebih efektif bila ditempatkan di beberapa tempat berbeda.
Besar harapan para mahasiswa yang sedang menjalankan KKN ini, masyarakat bisa memanfaatkan pemberian alat-alat kebersihan dengan baik. Diharapkan masyarakat dapat memelihara sarana yang diberikan agar mampu bertahan dan digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan adanya tong sampah organik dan anorganik, masyarakat juga mampu menyadari pentingnya pengelolaan sampah sebelum akhirnya dibuang ke tempat sampah. Oleh karena itu, ketika kegiatan KKN yang dilakukan oleh mahasiswa berakhir, bukan berarti kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan pun berakhir.