Mohon tunggu...
Anis Ceha
Anis Ceha Mohon Tunggu... Guru - Belajar dari setiap ceruk ukiran peristiwa

Belajar dari setiap ceruk ukiran peristiwa

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (2): Mengambil Kebaikan Bingkai "Penjara Eropa Timur"

23 September 2022   08:08 Diperbarui: 23 September 2022   08:26 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Ia pun menyadari bahwa ini adalah bagian dari situasinya. Ia menyadari bahwa karena setiap orang tertindas dan tidak Bahagia, penuh ketakutan, tidak berdaya memprotes rezim, mereka akhirnya melampiaskan amarah kepada sesama, saling tidak baik hati kepada sesama rakyat, karena perasaan terluka hati, setiap hari.

 

Benar-benar menjadi jelas bagi saya bahwa kadang kita ingin menghukum orang lain karena kita sendiri berduka. Kita terluka dan kita ingin orang lain pun ikut merasakan sakit. Dan tentu saja ini hanya menciptakan lebih banyak luka dan duka di dunia ini. Tidak pernah ada solusi untuk menciptakan kebahagiaan dengan jalan seperti itu. Sayangnya, makin banyak hukuman, makin banyak derita, makin banyak luka, makin banyak air mata, mungkin itulah sebabnya mengapa semua lautan jadi asin.

 

Namun ada jalan lain. Dalam Buddhisme sama sekali tidak ada gagasan mengenai hukuman. :Singkirkan tongkat! Singkirkan hukuman!” kata Buddha. Ketika kita meneliti cara Buddha menatakomunitas siswa, di sana tidak ada hukuman, yang ada malah kebaikannya: menyemangati. 

 

Kita beralasan bahwa kita perlu menghukum untuk memunculkan sifat terbaik orang. Ketika saya masih mahasiswa, saya selalu tertarik pada psikologi dan sains. Psikologi bagi saya adalah sains pikiran, terutama ketika saya menjadi guru sekolah. Saat itulah kadang saya bertanya-tanya, “Apakah kita seharusnya menghukum mereka atau menyemangati mereka?” Sebab ketika kita memimpin kelas anak-anak, kita harus mengajar mereka. Kadang ada anak nakal atau pembuat onar, bagaimana kita menangani masalah ini?

 

Para pakar psikologi selalu memberitahu saya, berulang-ulang, bahwa semua yang pernah mereka uji dan praktikkan selalu menunjukkan bahwa pemberian semangat dan pujian selalu jauh lebih efektif ketimbang hukuman. Bahkan orang-orang di bidang militer bercerita kepada saya bahwa ketika mereka mendapati prajurit yang berprilaku salah dan menciptakan keonaran, maka yang harus dilakukan adalah mempromosikan mereka menjadi kopral. Aneh memang, tapi itu efektif! Ini adalah kebijaksanaan di Angkatan bersenjata. Bahkan di militer pun mereka memahami hal ini: ketika kita menyemangati dan memuji orang hingga ke taraf yang baru, mereka cenderung tidak berperilaku orang lagi.” (Brahm, 2019: 264-267)

Apa yang dapat kita ambil dari cerita “Penjara Eropa Timur”, tentu banyak sekali meski hanya satu cerita. Meski hanya satu judul saja yang saya ambil dari buku kedua Ajahn Brahm “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”, tetapi makna yang terkandung di dalamnya sangat luar biasa. Bagaimana perjuangan seorang perempuan yang tangguh dan siap berkorban demi bangsanya dan rakyat yang diperjuangkannya.

Hal baik kedua yang dapat kita serap adalah, bagaimanapun kehidupan yang merdeka akan membawa dampak yang baik daripada hidup terpenjara, di dalamnya akan merasakan menderita dalam duka dan segala siksaan selama di dalam “penjara”. Ibaratnya ketika kita melakukan sesuatu tidak berdasarkan kemauan kita maka posisi kita adalah sedang terjajah. Melakukan saja tanpa memaknai yang dilakukan maka hasilnya sia-sia. Seperti halnya ketika kita menjalankan perintah Tuhan tanpa paham apa tujuannya, maka kita akan sekedarnya saja. Misalnya saja melakukan ibadah sholat yang sehari wajib lima waktu sholat, karena sholat bagi umat Islam adalah berserah pada Allah bukan sekedar menggugurkan kewajiban. Maka bentuk penyerahan sepenuhnya bagi seorang hamba di waktu-waktu wajib tersebut akan berdampak pada keniscayaan sehari-hari dari hamba itu sendiri. Nah… ini jelas ada kajian tersendiri dari kitab-kitab yang membahas tentang bagaiman bentuk menyerahkan diri sepenuhnya ketika beribadah kepada Tuhan agar kita dalam posisi yang tidak terjajah atau terpenjara dalam aturan yang bukan sekedar aturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun