Mohon tunggu...
Anisa Widiawati
Anisa Widiawati Mohon Tunggu... Lainnya - Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Perantau Ketika Kuliah di Kota

28 Mei 2022   20:26 Diperbarui: 28 Mei 2022   20:27 2048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Merantau merupakan fenomena sosial yang berdampak besar. Salah satu pendorong seseorang melakukan merantau adalah keinginan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Fenomena mahasiswa perantau umumnya bertujuan untuk meraih kesuksesan melalui kualitas pendidikan yang lebih baik pada bidang yang diinginkan. Fenomena ini juga dianggap sebagai usaha pembuktian kualitas diri sebagai orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab dalam membuat keputusan (Santrock, 2002). Mahasiswa yang tinggal dan kuliah di daerah yang berbeda maka akan hidup pada lingkungan sosial dan budaya yang juga berbeda, sehingga akan berhadapan dengan dampak sosial tertentu yaitu kesulitan untuk beradaptasi.

               Berbicara tentang merantau, tentu banyak perubahan dampaknya terhadap mahasiswa itu sendiri. Apalagi di zaman sekarang ini, banyak perubahan akibat ketika mahasiswa merantau, baik itu dari segi sosial maupun budaya di mana perubahan itu lebih mencondong ke arah negatif. Mereka yang melakukan perubahan gaya hidup disebabkan banyak hal di antaranya karena pengaruh lingkungan sekitar, pengaruh dari teman sebayanya, pengaruh perkembangan teknologi seperti internet dan seterusnya, agar mereka tidak terlihat norak dan agar tidak merasa malu dengan anak-anak muda di kota meskipun mereka berasal dari desa. Perubahan itu terlihat adalah perubahan gaya kehidupan mereka, yaitu perubahan dalam cara mereka berpakaian yang seperti pemuda kota, mengubah kebiasaan yang sering hang out yang mereka berpikir itu bisa mengikuti trend dan dianggap tidak ketinggalan zaman, padahal banyak perubahan itu tidak sesuai dengan ketentuan syariat islam.       

               Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 16-18 April 2020, dengan 30 mahasiswa internasional tahun pertama di Yogyakarta tentang penyesuaian diri mereka dengan lingkungan baru, masyarakat baru, budaya baru, dunia pendidikan baru, serta  teman di lingkungan atau kost dari berbagai daerah di Indonesia, banyak mahasiswa yang merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, masyarakat baru, budaya baru, dunia pendidikan baru, serta teman di lingkungan atau kost-kostan. Mahasiswa perantauan mengalami kesulitan dalam mengontrol emosi, mengatur pola makan dan tidur, serta menjaga kesehatan fisik.

               Dari situ, mahasiswa seorang perantau banyak meniru kehidupan dari kota yang mereka tinggali. Contohnya mereka banyak membiasakan berpakaian yang tentu tidak seperti biasa mereka pakai ketika saat di desa. Padahal meniru berpakaian di kota banyak yang tidak sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Pakaian yang mereka pakai hanya mengikuti trend agar dianggap keren dan tidak ketinggalan zaman. Selain cara mereka berpakaian, gaya berbicara mereka juga berubah karena sering mendengar dan berinteraksi dengan mahasiswa lain yang banyak berasal dari kota, mereka terpengaruh dengan gaya bicara zaman sekarang, seperti sapaan yang kurang sopan, maupun melontarkan ucapan kotor yang dianggap biasa. Bahkan kebiasaan mereka dalam beribadah juga berubah, mereka tidak lagi melaksanakan sholat tepat waktu atau bahkan parahnya meninggalkan sholat. Maka dari itu seorang mahasiswa perantau harus menempatkan dirinya ke hal-hal yang posisif dan bergaul dengan pertemanan yang membuat diri mereka menjadi lebih baik tentunya. Jika tidak bisa bergaul dengan orang-orang yang kurang memberi berpengaruh positif, maka mahasiswa perantau inilah yang harus menjadi pengaruh baik bagi teman-teman pergulannya.

               Di samping itu, peran orang tua dalam mendidik anak tentunya sangat penting bagi kehidupan mereka agar tidak salah jalan, karena orang tua merupakan tumpuan pembentukan kepribadian dan perkembangan anak karena mereka adalah orang pertama yang paling dekat dengan anak. Orang tua juga merupakan guru utama dan pertama bagi anak. Walaupun keberadaan orang tua jauh dari anak, orang tua harus tetap mengawasi dan mengontrol situasi dari anak mereka. Bisa dilakukan melalui alat genggam untuk berkomunikasi, tentunya dengan mengingatkan anak mereka atau mahasiswa perantau mengenai pergaulan, gaya hidup, dan tingkah laku. Di samping itu, orang tua juga harus mengingatkan dan mengajarkan kebiasaan baik anak agar tidak ditinggalkan, tentunya dengan bahasa dan tutur yang sopan agar anak  mereka atau mahasiswa perantau ini dapat menerimanya.

               Dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa merantau banyak mengalami perubahan yang diakibatkan perubahan mereka dengan lingkungan baru, masyarakat baru, budaya baru, dunia pendidikan baru, serta  teman di lingkungan atau kost dari berbagai daerah di Indonesia. Perubahan boleh terjadi apabila tidak ke hal-hal yang kurang baik terlebih tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dibutuhkannya peran orang tua yang sangat penting untuk melihat perkembangan anak karena setiap anak mempunyai hak untuk dapat berkembang dan menjalani hidup sesuai dengan apa yang diinginkan, sehingga mendapatkan suatu hasil yang terbaik dalam pencapaiannya sesuai dengan kemampuannya untuk tubuh dan berkembang, mereka memerlukan dukungan diri dari orang tua untuk dapat bertumbuh dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun