Mohon tunggu...
Anisa Riski
Anisa Riski Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akhlak Generasi Zaman "Now"

28 Februari 2018   03:36 Diperbarui: 28 Februari 2018   12:17 6587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu perkembangan memprihatinkan di masyarakat islam Indonesia saat ini adalah kecenderungan meninggalkan akhlak ketika menghadapi kemajuan zaman. Saat ini kita semua berada di zaman milenial. Dimana pada zaman ini semuanya serba modern. Dari teknologi, peradaban, bahkan akhlak manusia pun ikut terkena imbas kemajuan zaman. Sehingga anak-anak yang lahir di zaman ini juga terkena dampak modernisasi. Seperti sekarang, viral istilah "Kids Zaman Now" yang merujuk pada kerusakan akhlak generasi zaman sekarang. Jadi, mungkin memang benar adanya pernyataan belakangan ini yang menyatakan bahwa kids zaman now adalah representasi dari rusaknya generasi. 

Ada berbagai pengaruh yang mengakibatkan rusaknya akhlak generasi muda saat ini. Pengaruh utamanya adalah orang tua, karena orang tua merupakan pilar dan penanggung jawab utama seorang anak, khususnya ibu. Ibu adalah Al Madrasah Uula (pendidikan pertama dan utama) seorang anak di dalam sebuah keluarga. Dalam mendidik anak, orang tua harus halus dan sabar serta mengutamakan mendidik akhlak terlebih dahulu daripada ilmu. Karena sudah jelas jika kedudukan akhlak lebih utama daripada ilmu. Sebagaimana hadits dari Usamah Bin Syuraik Radhiyallahu 'anhu secara marfu' :

أَحَبُّ عِبَادِ اللهِ إِلَى اللهِ أَحْسَنُهُمُ خُلُقًا

"Hamba-hamba Allah yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara mereka."

Al-Mundziri mengatakan dalam at-Targhiib (III/259): "Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani." Dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahiihah (no. 433).

Dan juga Habib Umar bin Hafidz pernah berkata : "Orang yang tinggi akhlaknya meskipun rendah ilmunya maka lebih mulia daripada orang yang tinggi ilmunya tapi kurang akhlaknya."

Hujjatul Islam al Ghazalli di dalam kitab Ihya' Ulumuddin mengatakan bahwa akhlakul karimah (budi pekerti yang baik) bisa terbentuk dari 3 faktor :

  1. Thob'an (watak). Watak manusia asal mulanya terbentuk sejak lahir/fitrah atau turunan dari orang tua. Sehingga orang tua sangat berperan dalam pembentukan karakter seorang anak.
  2. I'tiyadan (kebiasaan). Ketika seseorang mempunyai kebiasaan yang baik maka orang tersebut akan mempunyai akhlak yang baik juga, dan sebaliknya. Seperti sebuah maqolah yang mengatakan : اَلْعَادَةُ إِذَا غَرِزَتْ صَارَتْ طَبِيْعَةً "kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi sebuah karakter".
  3. Ta'alluman(pembelajaran). Akhlak seseorang juga dapat terbentuk dengan siapa ia berinteraksi dan bergaul. Jika ia bergaul dengan yang baik, maka ia akan menjadi baik dan sebaliknya. Karena ia dapat pembelajaran dari orang-orang di sekitarnya sehingga bepengaruh pada karakteristik orang tersebut.

Dari uraian diatas dominan menjelaskan bahwa faktor utama terkait baik buruknya akhlak generasi zaman now adalah orang tua. Oleh sebab itu orang tualah yang nantinya menjadi penentu lahirnya generasi Dzurriyatan Thoyyiban (anak cucu yang berkualitas) atau justru sebaliknya Dzurriyatan Dhia'fan (anak cucu yang lemah). Karena keluarga yang berkualitas (khairah usrah) akan melahirkan pribadi yang bekualitas pula (khairul bariyyah). Sehingga mampu melahirkan generasi-generasi muda Indonesia yang berkualitas serta berakhlakul karimah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun