Mohon tunggu...
Anisa Putri
Anisa Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Geografi Universitas Lambung Mangkurat

Hobi saya menulis, berkunjungan ke tempat-tempat wisata, sejarah dan suka mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori dan Model Myrdal, Teori Hirschman, Migrasi, Ketimpangan Wilayah dan Interaksi Interpendensi

2 Desember 2022   20:16 Diperbarui: 2 Desember 2022   20:31 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TEORI DAN MODEL MYRDAL

Myrdal dalam M.L Jhingan (1993) berpendapat bahwa  pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab menyebab sirkuler yang  membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak dan mereka yang tertinggal  di belakang menjadi semakin terhambat (Prasetyo, 2020). Profesor Gunnar Myrdal melalui Teori Penyebab Kumulatif (Cumulative Causation Theory) berpendapat bahwa sebab utama ketimpangan regional adalah kuatnya dampak balik (backwash effects) dan lemahnya dampak sebar (spread effects) (Sutiono, dkk., 2018). 

Dampak balik adalah semua perubahan yang bersifat merugikan dari ekspansi ekonomi di suatu tempat karena sebab-sebab di luar tempat itu, yang meliputi dampak migrasi, perpindahan modal dan perdagangan serta keseluruhan dampak yang timbul dari proses sebab musabab sirkuler antara faktor-faktor baik non-ekonomi maupun ekonomi (Sutiono, dkk., 2018). Dampak sebar merupakan dampak momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat pengembangan ekonomi ke wilayah-wilayah lainnya (Jhingan, 2016).

Myrdal juga menjelaskan dalam teorinya bahwa ketimpangan pembangunan antar daerah selalu muncul akibat adanya Backwash effect (dampak yang merugikan) lebih besar daripada Spread effect (dampak yang menguntungkan). Dampak Balik (backwash effect) cenderung membesar dan dampak sebar (spread effect) semakin mengecil. Semakin kumulatif kecenderungan ini semakin memperburuk ketimpangan internasional dan menyebabkan ketimpangan regional di negara-negara terbelakang (Prasetyo, 2020). 

Model Myrdal menjelaskan interaksi ruang yang terjadi antara wilayah yang telah maju dengan wilayah yang belum berkembang. Tingkat pembangunan di daerah yang masih berkembang dibandingkan dengan daerah yang lebih maju, maka daerah yang maju lebih cepat pembangunannya daripada daerah lain yang masih berkembang. Jika suatu pertumbuhan terjadi di suatu daerah, maka akan terjadi suatu aliran tenaga kerja, modal dan komoditi yang mendukung pertumbuhan tersebut, namun juga memberi dampak buruk pada wilayah sekitar, sehingga ini dalam jangka-panjang dapat menyebabkan tingkat ketimpangan regional yang cukup lebar.

Faktor - Faktor Backwash Effect

  • Terjadinya pemusatan atau penarikan tenaga kerja terutama yang memiliki keahlian dan produktif dari daerah yang tidak maju ke daerah yang sangat maju
  • Terjadinya penarikan pemusatan atau faktor produksi modal dari daerah yang tidak maju ke daerah yang sangat maju
  • Terjadinya pemusatan pola perdagangan yang lebih lengkap di daerah maju dibandingkan daerah yang tidak maju
  • Keadaan jaringan pengangkutan atau sarana dan prasarana transportasi lebih lengkap dan cepat di daerah yang sangat maju dibandingkan daerah tidak maju

Faktor - Faktor Spread Effect

  • Permintaan barang-barang pertanian dari daeraha maju ke daerah tidak maju
  • Permintaan hasil industri rumah tangga dan barang konsumsi dari daerah maju ke daerah tidak maju

Menggunakan konsep teori Gunnar Myrdal (1957) dengan "efek penyebaran" (di mana perkembangan menyebar dari kota ke pinggiran kota dan semua daerah yang bersebelahan) dan "efek backwash" (dimana pembangunan kota cenderung mengumpulkan sumber daya dan tenaga kerja dari daerah sekitarnya dan itu dapat merusak tempat-tempat atau daerah sekitarnya). 

Contoh dari backwash effect (Dampak Balik) yaitu Gerbangkertosusila. Daerah ini menjadi pengembangan pusat industri dan perdagangan di Jawa Timur sehingga menyebabkan terjadinya fenomena yang mana orang-orang maupun pekerja di daerah pinggiran bergerak ke wilayah Gerbangkertosusila untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, kemudian perkembangan pemukiman sangat pesat di Gerbangkertosusila, sehingga Gerbangkertosusila menjadi daerah yang akan berkembang pesat. 

Berkembang pesatnya Gerbangkertosusila dapat merugikan daerah lainnya karena memberikan efek daerah lainnya menjadi lambat berkembang wilayahnya, ini yang dinamakan backwash effect. Contoh spread effect (Dampak Sebar) di wilayah  (Gerbangkerto Surabaya sila). Sebelum ada kawasan Gerbangkertosusila, Surabaya merupakan wilayah yang menjadi pusat pemerintah, pusat industri, pusat perdagangan dan ekonomi serta pusat kegiatan lainnya. 

Seiring dengan pertumbuhan Kota Surabaya yang semakin pesat, daya tampung wilayahnya menjadi semakin sempit sehingga menyebabkan perkembangan wilayah ke daerah-daerah tetangga yang berada di sekitar seperti Gresik. Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan sehingga efek perkembangan wilayahnya semakin menyebar ke wilayah Pasuruan, Jombang dan wilayah sekitarnya. Spread effect (Dampak Sebar) sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas antar wilayah, baik dari aspek transportasi maupun komunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun