Mohon tunggu...
maisyarahanisa
maisyarahanisa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi | Pembelajar Amatir bertransformasi menjadi Mahir

www.aanimasy.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Latar Belakang Munculnya Baathisme di Suriah dan Irak

3 September 2020   15:26 Diperbarui: 3 September 2020   15:31 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara bahasa, baathisme mempunyai arti kebangkitan. Baathisme merupakan sebuah ideologi Arab yang berfokus pada pengembangan dan penciptaan negara Arab yang bersatu melalui kepemimpinan partai pelopor atas revolusi pemerintahan yang progresif. Pemikiran ini muncul sebagai salah satu bentuk reaksi dari adanya imperialisme barat di negara-negara Arab. Salah satu hal yang memicu timbulnya pemikiran ini adalah kekalahan bangsa Arab atas negara Israel. Baathisme ini awalnya adalah sebuah pemikiran, namun dikembangkan oleh tokohnya, bernama Michel Aflaq, yang merupakan seorang Kristen, bersama Al Bithar seorang Islam Sunni, menjadi sebuah partai agar dapat bergerak secara formal dan legal. Pemikiran ini berfokus pada kemerdekaan, sosialisme, dan nasionalisme Arab. Tujuan umum dari pemikiran ini adalah membangkitkan kembali bangsa Arab yang selama ini terpuruk oleh adanya imperialisme Barat, dengan cara menyatukan bangsa Arab dalam satu negara-bangsa.

Pemikiran yang diimplementasikan dalam bentuk Partai Baathisme, hingga saat ini masih berdiri di Suriah. Partai ini  berkuasa penuh di dua negara besar Arab, yaitu Irak dan Suriah. Pada tahun 1940, Zaki al Arsuzi, seorang tokoh Baathisme mendirikan partai al Baath al Arabi. Kemudian, pada tahun 1940an, Aflaq bersama Bithar, mendirikan gerakan dengan slogan unity, freedom, socialism, dan one Arab nation with an Immortal Mission. Pada tahun 1945, Aflaq mencoba mengajukan gerakan ini menjadi partai politik di Suriah. Akan tetapi, pemerintah menolak permintaan tersebut. Pada 1947, diadakan sebuah kongres Baath perdana di Damaskus. Pada tahun ini juga, Baath bergabung dengan partai sosialis Arab untuk mendirikan Partai Sosialis Arab Baath. Dalam kongres ini, Aflaq mengemukakan garis-garis besar prinsip dari Partai Bath. Ditegaskan, "Para pemimpin rakyat Arab melambangkan kehebatan dan kebijakan rakyat ini. Para pemimpin ini timbul dari kalangan massa rakyat, bukan dari unsur-unsur proasing yang bersifat eksploitatif dan mementingkan diri sendiri." Pada pernyataan tersebut, Aflaq menegaskan bahwa setiap rakyat harus mempunyai jiwa nasionalisme dalam memimpin bangsanya, sehingga menjadi bangsa yang maju ke depannya. Partai Baath juga menyatakan bahwa peranannya adalah suatu peranan Pan Arabisme. Kemudian, pada tahun 1966, gerakan Baath terbelah menjadi dua poros. Gerakan ini akhirnya mendominasi di dua negara yaitu Suriah dan Irak.

Partai ini berkembang cukup pesat pada saat itu. Banyak organisasi yang bergantung di bawah partai ini. Dimulai dari organisasi buruh, pelajar, profesional, hingga golongan pemuda, dan juga feminis. Dikarenakan sudah menjamur di Suriah pada saat itu, partai ini mulai memasuki ke berbagai lapisan masyarakat, hingga anak-anak pun dilibatkan. Bahkan, hampir seluruh universitas di Suriah pun berada di bawah kontrol partai ini.

Dua hal yang menyebabkan partai Baath ke Irak, yaitu sistem pemerintahan Irak yang monarki dan seringnya pengkudetaan pemerintahaan di Irak. Partai Baath mulai mengambil alih kekuasaannya di Irak sejak kudeta yang dilakukan oleh Abdul Salam Arif untuk menggulingkan pemerintahan Abdul Karim Qasim pada tahun 1963. Tiga tahun kemudian, yaitu 1966, Presiden Abdul Salam Arif meninggal dunia akibat insiden kecelakaan helikopter. Kemudian, pemerintahannya pun digantikan oleh adiknya, Jenderal Abdurrahman Arif. Melihat kondisi dan situasi, keberadaan Partai Baath semakin kuat dan akhirnya mengambil alih kekuasaan pada tahun 1968 dengan Ahmad Hassan al Bakr sebagai Presiden dan Ketua Komando Revolusi.

Sejak Partai Baath berkuasa, perekonomian di Irak semakin berkembang dan mengalami kemajuan. Pada masa Ahmad Hassan al Bakr menjadi presiden, Partai Baath lebih memprioritaskan anggaran negara untuk pembangunan industri dan pertanian. Pada masa ini, Irak melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan minyak asing yang bertujuan untuk mempercepat kemajuan perekonomian di Irak. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun