Mohon tunggu...
Anisa Herliani
Anisa Herliani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi stei bina muda bandung

Biasanya nulis di instagram atau di karya karsa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Waktu Itu di Sudut Kota Bandung #2

22 April 2021   18:51 Diperbarui: 22 April 2021   18:58 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan menjadi pengantar terbaik untuk mengenang seseorang, dan ada beberapa orang yang memang dikirimkan ke dalam hidup kita hanya untuk di kenang bukan untuk di miliki.

Dari segala kejadian dalam hidup, ada beberapa momentum yang tidak pernah bisa kita lupakan meskipun sudah sejauh apapun berlari dan jutaan detik kita lalui. Cinta pertama,pertemuan pertama,ciuman pertama,hingga rasa sakit yang menyesakkan dada untuk pertama kali. Kita semua mungkin memiliki satu nama yang membuat kita tersenyum atau menangis jika tiba-tiba teringat tentangnya. Aku tidak tau apakah kenanganmu sebegitu indahnya atau rasa penyesalanku yang sebegitu besarnya hingga membekas begitu dalam, penyesalan yang tidak pernah sembuh.

Apapun itu, mari aku ceritakan kelanjutan kisahku setelah pertemuan kala itu.

Setelah pertemuan pertama itu, semuanya berjalan seperti biasanya aku tetap mencintainya di kota bandung dan ia juga seperti itu di kotanya, entah harus mengawali cerita ini dari mana, aku tidak bisa mengenangnya tanpa menelan ludah karena menahan tangis. lelaki ini datang dengan damai kepadaku, sampai aku membuat kesalahan yang begitu bodoh, begitu ceroboh. ia hanya tersenyum sebelum membunuh dirinya yang pertama kali aku temui dan membunuh diriku hampir selama 5 tahun ini.

'bee aku tau aku salah, aku bodoh, aku minta maaf' ucapku.

Bee adalah panggilannya kepadaku, begitupun aku memanggilnya. setelah ia mendengar perkataanku ia tidak berbicara apapun ia hanya memelukku, lagi-lagi ia tersenyum. sebelum akhirnya ia hilang sebenar-benarnya hilang mati sebenar-benarnya mati. aku tau karakternya ia marah ia begitu sakit tapi yang ia bisa lalukan hanya diam,hening,tersenyum,pahit. ketika aku menulis ini dadaku masih terasa hangat ketika membayangkan bagaimana caranya ia memanggilku ia memperjuangkanku dulu dan bagaimana caraku membalas semuanya.

Aku masih ingat, kalimat-kalimat yang ia keluarkan untukku. Aku masih ingat, rasanya pelukan yang ia berikan setiap kali kami bertemu dan ia hendak meninggalkanku. Sekarang ketika aku menutupmata yang aku ingat hanya dia dan rasa bersalah ketika aku membuka mata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun