Mohon tunggu...
Anisa Fithriana
Anisa Fithriana Mohon Tunggu... Mahasiswi

Mengurai detail, merangkum makna

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Vibes Masjid 500 Tahun, Gen-Z Harus Tahu!

9 Maret 2025   21:22 Diperbarui: 9 Maret 2025   21:24 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi 9/3/2025 (Masjid Sultan Suriansyah Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara)

Banjarmasin dengan julukan khasnya Kota Seribu Sungai pada tanggal 24 September 2024 kemarin baru saja berulang tahun ke-498 yang artinya sudah hampir menginjak 5 abad. Kota ini memiliki sejarah yang panjang, khususnya bagaimana sejarah islam masuk ke Banjarmasin. Peninggalan yang dapat dilihat sampai sekarang sebagai bagian dari sejarah masuknya islam salah satunya adalah berdirinya Masjid Sultan Suriansyah yang masih gagah di tepian sungai Kuin. Dibangun pada tahun 1526 oleh Sultan Suriansyah masjid ini termasuk masjid tertua di Bumi Lambung Mangkurat.

Tepat pukul 12 siang, saat matahari sedang menyengat, justru hawa sejuk langsung memeluk ketika memasuki masjid, kayu ulin yang licin dan dingin membuat sujud terasa nyaman. Serta alunan lantunan al-quran terdengar di penjuru sudut masjid, terlihat banyak anak-anak daerah sini aktif mengaji di tengah bulan ramadan. Ketika mulai mengedarkan pandangan ke dalam masjid terasa kuat atmosfer masjid berusia 500 tahun yang terawat. Arsitektur khas banjar melekat di masjid ini karena konstruksi dasar berupa rumah panggung berbahan kayu ulin dan beratap tumpang tiga dengan hiasan mustaka. Simbol Islam bisa dilihat dari banyaknya ukiran kaligrafi Arab berupa ayat-ayat Alquran. 

Di banyak bagian lainnya, ada ukiran-ukiran khas Banjar seperti manggis, nanas, tali dan bunga. Di bagian tengah masjid ini, ada empat tiang guru yang masih asli sejak pertama dibangun. Juga barang-barang kuno yang masih terjaga ditampilkan. Seperti batu keset/alas kaki jamaah dan jam matahari yang berada di luar masjid. 

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi

Bagian mihrab memiliki atap sendiri yang terpisah dengan bangunan induk. Bagian atapnya pun penuh ukiran khas Banjar. Gaya arsitektur kuno ini yang membuat masjid ini membuat seolah-olah kembali pada masa lampau masa kerajaan.

Sumber: Dokumentasi pribadi daun pintu sebelah kiri
Sumber: Dokumentasi pribadi daun pintu sebelah kiri

Pada bagian depan mimbar terlihat hiasan kaligrafi huruf arab bertuliskan lailahailallah muhammadurrasulullah. Pada sisi kanan mimbar terdapat daun pintu dengan 5 baris Arab-Melayu berbunyi : "Ba'da hijratun Nabi Shalallahu 'alahihi wassalam sunnah pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam tanah tinggal Yang mulia." Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris Arab-Melayu berbunyi: "Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di negeri Banjar Darussalam pada hari Senin 10 hari bulan Sya'ban tatkala itu dibuat sya'ban 1159 H" 

Sumber: Dokumentasi pribadi (Bagian dalam masjid)
Sumber: Dokumentasi pribadi (Bagian dalam masjid)

Mengutip pada laman artikel Dunia masjid, bahwa pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Arsitektur masjid Agung Demak sendiri dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu. Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu yang dipenuhi oleh masjid tersebut. Tiga aspek tersebut : atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan suci di Jawa dan Bali. Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan orientasi kekuasaan ke atas. Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki tingkat atap paling banyak dan paling tinggi. Ciri atap meru tampak pada Masjid Sultan Suriansyah yang memiliki atap bertingkat sebagai bangunan terpenting di daerah tersebut. Bentuk atap yang besar dan dominan, memberikan kesan ruang di bawahnya merupakan ruang suci (keramat) yang biasa disebut cella. Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella (ruang keramat). Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab. Masjid ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya pada 23 mei 2008 berdasarkan SK Penetapan PM.27/PW.007/MKP/2008 

Setelah melihat dan merasakan suasana sejarah di Masjid Sultan Suriansyah tidak afdal rasanya jika belum berziarah ke makam Sultan Suriansyah yang berjarak hanya kurang dari 500 meter dari masjid, terletak di jalan Kuin Utara No 220 Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Tidak hanya makam Sultan Suriansyah juga terdapat makam lainnya dari bangsawan kerajaan Banjar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun