Diceritakan bahwa Bawang Merah dan Bawang Putih merupakan dua orang anak dari seorang janda. Kedua tokoh tersebut (bawang merah dan bawang putih) memiliki nasib dan sifat yang berlainan. Bawang Merah yang merupakan anak kandung dari Sang Janda selalu dimanja dan memiliki sifat buruk, sedangkan Bawang Putih yang merupakan anak tiri selalu dijadikan pesuruh dan bersifat baik.
Tokoh Bawang Merah (jahat) dan Bawang Putih (baik) sebenarnya merupakan sebuah gambaran dari (filsafat/ajaran) dualisme yang merupakan salah satu ajaran tertua yang diyakini umat manusia. Ajaran dualism ini menjelaskan dua hal yang saling bertentangan, seperti baik dan buruk, hitam dan putih, gelap dan terang, sederhana dan mewah, dsb.
Masyarakat Indonesia juga mengenal makna atau arti dari warna yang digunakan pada dua tokoh cerita, merah dan putih. Merah selain identik dengan berani, juga melambangkan arogansme atau keangkuhan (nafsu). Sedangkan putih melambangkan kesucian, kelembutan dan kebebasan.
Kisah serupa seperti cerita rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih juga dapat kita temukan di Eropa, seperti kisah Cinderella dari Eropa, Ye Xian dari Cina, Tam dan Cam dari Vietnam, atau Vasilisa dai Rusia. Banyaknya cerita yang mirip dengan kisah yang saudara sekalian baca membuktikan bahwa jika kita kembali kepada definisi cerita rakyat, maka masing-masing masyarakat memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan nilai-nilai atau norma-normanya. Jika dikaitkan pada ajaran dualism di atas maka, ajaran atau filsafat dualisme bukan lah filsafat atau ajaran yang didominasi oleh suatu kelompok. Misalnya di Cina (konfusius) ada Yin dan Yan dan di India ada Dhayana yaitu lingga dan yoni. Kita tahu bahwa Indonesia sebelumnya dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Buddha (baca:budaya) selama ratusan tahun, sehingga ajaran tersebut merasap ke dalam kultur kebudayaan bangsa Indonesia.
Selain kedua tokoh tersebut, terdapat tokoh nenek yang merupakan raksasi Butho Ijo. Kita sudah mengenal Butho dalam cerita Kalaharu. Seperti yang terdapat dalam pembahasan saya mengenai Kalaharu. Masyarakat Jawa atau masyarakat nusantara pada umumnya, khususnya yang kental kultur hinduistiknya, seperti Jawa dan Bali mengenal banyak jenis raksasa atau butho. Salah satu raksasa yang terkenal adalah Butho Ijo atau raksasa hijau (like Hulk). Seperti Kalaharu Butho sendiri merupakan raksasa yang banyak terdapat pada cerita pewayangan. Bagi penganut Ajaran Hindu atau Kejawen raksasa ini benar adanya.
Kategorisasi dan Nilai dalam Cerita Rakyat “Bawang Merah dan Bawang Putih”
Cerita rakyat bawang merah dan bawang putih merupakan sebuah dongeng. Definisi jelasnya dapat saudara lihat pada power point yang telah saya bagikan. Cerita ini tidak benar-benar terjadi, sebab cerita ini diciptakan untuk menjadi sebuah petuah atau nasihat bagi masyarakat pada saat itu.
Nilai-nilai yang mencolok dalam cerita bawang merah dan bawang putih adalah nilai sosial. Sebab cerita tersebut dapat menjadi kontrol tentang norma dan nilai bagi masyarakat pada saat itu. Nilai yang dimaksud antara lain, kelembutan, keikhlasan, dan kerja keras yang dilambangkan oleh sifat-sifat bawang putih. Keserakahan, keangkuhan, dan malas dilambangkan pada sifat Sang Janda dan Bawang Merah. Namun, selain itu juga terbesit nilai spiritual dalam cerita, yaitu siapa yang berbuat baik maka akan berbuah baik, dan sebaliknya.