Mohon tunggu...
Anindita Dyah Sekarpuri
Anindita Dyah Sekarpuri Mohon Tunggu... Dosen - Perempuan Pembelajar

Widyaiswara dan Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mewujudkan Kampung KB yang Tidak Hanya Sekedar TUKCING

18 September 2016   11:09 Diperbarui: 18 September 2016   11:18 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Tukcing...apaan tuh?"

Pertama kali saya mendengar istilah tersebut ketika sedang melakukan pembinaan di daerah Bogor bersama ibu-ibu kader ketika sesi brainstorming/curah pendapat.  Kebiasaan saya untuk mengawali kelas adalah dengan mencairkan suasana terlebih dahulu dengan mengajak mengobrol bersama para peserta pelatihan dan mereka bisa dengan bebas berpendapat terkait tema pelatihan tersebut.  Kami sedang berdiskusi mengenai program-program pemerintah terkait dengan keluarga, dan akhirnya keluarlah istilah Tukcing tersebut ketika membahas mengenai wadah kegiatan program tersebut.

Tukcing : dibentuk langsung cicing (dibentuk langsung bubar)

Begitu jawaban ibu kader dengan tertawa.  Saya tertegun karena memang dengan pola penyerapan anggaran yang ditargetkan pemerintah kita menyebabkan lebih banyak program dihitung dengan angka-angka kuantitatif dan untuk secara kualitatif yaitu kualitas dari wadah kegiatan keluarga tersebut walaupun sudah ditetapkan berupa standar indikator kegiatan namun tetap pada kenyataannya dengan penetapan target bentukan kegiatan pada tahun berjalan menyebabkan beberapa (saya menyebutkan tidak semua lho ya, khawatir ada yang tersinggung...no offense here please ) kegiatan akhirnya mentok di gebyar pencanangan saja dan isinya seperti donat, kosong melompong dan akhirnya bubar jalan belum sampai 3 bulan pembentukan.  Padahal dalam rangka monitoring evaluasi, selama 3 bulan setelah kegiatan berjalan idealnya dilakukan monitoring oleh pembina dan pada akhir tahun duduk bersama melakukan evaluasi...boro-boro evaluasi, monitoring saja akhirnya dimaknai sebagai kegiatan jalan-jalan pimpinan...how sad

Itu dulu....apakah masih sama sekarang?

Saya pikir saya salah ketika mendengar dan ikut menggemborkan revolusi mental yang dicanangkan oleh pemerintah kita sekarang.  Bukan karena saya masuk dalam satu partai tertentu, atau parahnya karena sentimen saya satu kampung yang sama dengan pak Jokowi...bukan itu....bukaan....Saya pikir bangsa ini betul adanya perlu adanya perubahan pola pikir, sikap dan perilaku karena dengan orientasi hidup yang makin hedonis ini menyebabkan kita lupa sejenak dengan skala prioritas kehidupan ini....bahkan keluarga kita sendiri terlupakan.

Kebetulan, instansi tempat saya bekerja ini masuk dalam pokja revolusi mental tersebut dan meski saya ini bukan masuk tim inti (ya iyalah...siapalah saya...hanyalah seorang pengajar kampung yang sangat menyayangi institusi dimana saya dilahirkan ini....), dengan ditelurkannya Kampung KB sebagai program nasional dan apalagi setelah dicanangkan oleh bapak Presiden Jokowi bahwa di tahun 2016 ini minimal 1 kabupaten mempunyai 1 kampung KB, dan selanjutnya di 2017 minimal 1 kecamatan masing-masing mempunyai kampung KB tersebut.  Lha...balik ke angka kuantitatif tadi tho...apalah apalah....yang penting sekarang...apa sih Kampung KB itu?

Kampung KB adalah satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara, yang memiliki kriteria  tertentu,  dimana  terdapat  keterpaduan  program kependudukan,  keluarga berencana,  pembangunan  keluarga   dan    pembangunan  sektor    terkait    yang dilaksanakan secara sistemik dan sistematis. Kampung KB direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi oleh dan untuk masyarakat. Pemerintah,  Pemerintah  daerah,  lembaga  non  pemerintah  dan swasta  berperan dalam fasilitasi, pendampingan dan pembinaan (BKKBN, 2016)

Definisi Kampung KB ini saya ambil dari Petunjuk Teknis Kampung KB , jadi monggo kalau Kompasiana mau nyemprit saya...bukan mau plagiarisme, ini adalah citasi yang menyebutkan makna Kampung KB secara sederhana adalah membangun bersama komitmen masyarakat dan pemerintah serta swasta mengenai kesejahteraan keluarga.

Kampung KB ini dilaksanakan di tataran RW dan karena sudah ada UU No. 23 Tahun 2014 mengenai Pemerintahan Desa maka masalah keuangan yang biasanya menjadi momok di perdesaan apalagi di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan diharapkan bisa diatasi.  Jangankan di perdesaan, di perkotaan pun bisa terjadi permasalahan mengenai rendahnya kualitas keluarga tersebut apalagi di daerah yang padat penduduknya.

Bagus yah programnya dan ini hanyalah proses, sebagaimana kita memaklumi karena setiap pergantian pimpinan hendaknya punya program unggulan yang bisa merajut yang telah ada dengan inovasi saat ini.....dan diwujudkan dengan pembentukan Kampung KB yang diresmikan oleh Presiden Jokowi di Cirebon Jawa Barat awal tahun 2016.  Dan seperti biasa, ketika pusat sudah mencanangkannya maka euforia kampung KB pun dilaksanakan di 34 Provinsi di Indonesia. Masing-masing melakukan pencanangan Kampung KB dengan pemaknaan di tiap daerah dan dimasukkan muatan lokal sesuai dengan isu di daerah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun