Mohon tunggu...
Dzurriah Aninda Syafa
Dzurriah Aninda Syafa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rendahnya Budaya Literasi Siswa Indonesia

9 Desember 2022   20:10 Diperbarui: 9 Desember 2022   20:24 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Literasi dalam bahasa latin disebut sebagai literatus, yang berarti orang yang belajar. Secara garis besar, literasi merupakan istilah umum yang merujuk pada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung serta memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Jika dihubungkan dengan dunia pendidikan, literasi merupakan faktor pendukung yang penting demi mencapai tujuan pendidikan yang ada. Tetapi apakah budaya literasi ini sudah diterapkan siswa di Indonesia?

Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi menjadikan Indonesia adalah negara dengan tingkat literasi yang rendah.

 Sementara itu, menurut hasil penilaian dari Progamme for International Student Assessment pada tahun 2018 menunjukkan bahwa 70 persen anak-anak Indonesia berada di bawah level kompetensi minimum dalam membaca, 71 persen di dalam matematika, dan 60 persen sains. Sehingga, standar tingkat literasi siswa Indonesia masih berada di level 2 PISA. Minat baca siswa di Indonesia masih tergolong rendah.

Lantas, apa yang menyebabkan minat literasi dalam diri siswa masih rendah? Tentunya faktor utama adalah dari individu itu sendiri.

Pada era revolusi industri yang terus berkembang saat ini, penggunaan media sosial pastinya sudah bukan hal yang asing. Tidak dapat dipungkiri bahwa kecanggihan teknologi memberikan pengaruh pada siswa berupa kecanduan penggunaan media sosial. Ketika siswa fokus pada media sosial atau bermain game sepanjang hari, secara otomatis akan membuat siswa melupakan pentingnya literasi. Ditambah lagi, media sosial sangat marak dengan berita hoax. Karena kurangnya budaya literasi, siswa menjadi mudah terpengaruh dengan berita hoax.

Selain itu, kurangnya fasilitas seperti perpustakaan untuk menunjang budaya literasi pada lingkungan pendidikan seperti sekolah, juga merupakan faktor penyebab kurangnya literasi siswa. Kondisi buku di perpustakaan yang usang dan kurang lengkap membuat siswa malas berkunjung. Hal lain yang dapat mempengaruhi budaya literasi siswa adalah dari lingkungan keluarga. Aktivitas membaca masih kurang diterapkan di dalam keluarga. Orang tua biasanya hanya mengajarkan membaca dan menulis namun tidak dibiasakan. Padahal, budaya literasi harus dibiasakan sejak kecil.

Budaya literasi di Indonesia masih sangat kurang, sehingga butuh upaya untuk meningkatkan budaya literasi dalam diri siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat literasi adalah:

Pertama, menumbuhkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam diri siswa. Tak dapat dipungkiri bahwa peran guru sebagai penggerak literasi sangat dibutuhkan. Guru harus memberikan motivasi kepada siswa untuk terus membaca buku atau wacana di media lain sehingga siswa dapat memperoleh informasi yang tentu saja berguna bagi siswa itu sendiri.

Selanjutnya yang bisa dilakukan pada lingkungan pendidikan seperti di sekolah yaitu dengan mengoptimalkan peran perpustakaan. Langkah yang bisa dilakukan yaitu membuat perpustakaan terasa nyaman sehingga siswa menjadi tidak malas untuk berkunjung.

Hal ini bisa dilakukan dengan cara menambah koleksi buku, memperbaiki buku yang usang, memperbaiki tatanan perpustakaan, serta bisa juga dengan menambah jam kunjungan. Selain itu, guru juga bisa melakukan kebiasaan kecil seperti membaca buku terlebih dahulu lalu meresume apa yang telah dibaca sebelum kegiatan belajar mengajar. Dengan dilakukannya hal tersebut, diharapkan dapat menjadikan budaya literasi sebagai kebiasaan dalam keseharian siswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun