Mohon tunggu...
Khanifah
Khanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mengutarakan isi pokok pikiran dengan sebuah karya Tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kacamata Kebahagiaan

15 Juli 2022   18:06 Diperbarui: 15 Juli 2022   18:15 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mungkin kacamata orang lain lebih bagus bahkan lebih mahal harganya dibandingkan punya kita, namun kacamata tersebut belum tentu pas ketika kita memakainya.

Ibuku bilang, ada baiknya seorang perempuan itu berhias: memoles wajahnya, memakai perhiasan, berpakaian yang menarik dan harum. Aku yang tidak terbiasa dengan itu, mencoba memenuhi keinginannya mulai dari membeli giwang.

          Sudah belasan tahun, aku tidak menghias telingaku karena setiap diberi anting, akan muncul reaksi gatal, basah, dan bau. Aku berharap, keputusanku kali ini tidak ditolak oleh telingaku yang sensitif.

          Satu hari setelah memakai giwang, ada sensasi tidak nyaman serasa dicubit di sana. Belum lagi ketika habis mandi, aku selalu lupa menggosok telingaku keras-keras sehingga giwang itu tersangkut benang handuk. Juga saat hendak tidur, miring kanan atau miring kiri, seperti ada yang menusuk daun telingaku.

          Aku masih bertahan untuk beberapa hari. Seperti kata ibuku, barangkali aku hanya harus membiasakan diri dengan rasa tidak nyaman itu. Setelah biasa, maka ketidaknyamanan akan tersamar.

          Namun tepat hari ke tujuh aku mencopot kembali giwang yang baru beberapa hari terpasang di telingaku. Aku menyerah merasakan ketidaknyamanan yang menempel, membuat setiap gerakku terasa dibatasi. Mengapa untuk menjadi perempuan cantik mesti menanggung itu semua? Kalo tidak cantik memangnya kenapa?

          Ada banyak perempuan yang bertahan menggunakan high heels hingga tumitnya lecet, padahal ada pilihan memakai flat shoes yang lebih nyaman. Kita memilih menggunakan bulu mata buatan, padahal itu bisa saja membuat tidak nyaman, hingga iritasi.

          Mengapa perempuan harus melakukan hal-hal yang menyiksa untuk sekedar penampilan? Aku bener-bener tidak paham, karena selama ini hidupku yang bebas selalu menolak hal-hal yang merusak ketidaknyamananku. Bahkan aku berani memutuskan kekasihku, ketika ia mulai menuntut aku ber make-up atau mengurangi lemak pada lenganku.

          Namun, pemikiran yang demikian rupanya tidak adil. Aku tidak mencoba berada pada sisi orang-orang yang mengambil pilihan di seberangku.

          "ketika aku bercermin, dan melihat wajahku semakin cantik dengan anting dan make-up yang flawless, aku merasa bahagia. Dan berubah menjadi candu ketika seseorang memujiku cantik. Aku bener-bener ingin cantik di setiap sisa waktu yang ada dalam dunia ini".

          Rupanya, kepuasan yang muncul dari pengorbanan tersebutlah yang membuat dada seseorang hangat dan bahagia. Kepuasan tersendiri yang membuat dadanya penuh. Memang untu mendapatkannya perlu perjuangan dan pengorbanan. Tidak ada yang salah dengan itu, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun