Mohon tunggu...
Humaniora

Surga atau Neraka? Tergantung dari Orangtua

26 April 2017   12:39 Diperbarui: 26 April 2017   21:00 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membesarkan anak tidak bisa instan. Harus ada prosesnya, anak tidak bisa tiba-tiba memiliki keahlian, harus jadi ini harus jadi itu dsb. Membesarkan anak itu harus dinikmati prosesnya, sebab Proses itu jauh lebih penting daripada hasil. Karena proses itu membutuhkan waktu yang hasilnya akan kita rasakan nanti. Jika berbicara mengenai anak, dalam aspek perkembangannya, Panca indera yang paling utama berfungsi adalah pendengaran dan penglihatan, di dalam kandungan 20 minggu sebenarnya janin sudah bisa mendengar, itulah mengapa banyak orang mengatakan kalau sedang hamil dilarang berkata-kata tidak baik, karena itu dapat berpengaruh pada bayi. Mengajarkan komunikasi pada anak tidak harus menunggu anak tersebut bisa berbicara atau mampu merespon apa yang kita bicarakan, salah satunya dengan mendongeng misalnya. 

Dasar utama dalam mendongeng adalah melihat dan mendengar. Sejak dalam kandungan sebaiknya para orang tua sudah bisa merangsang pendengaran pada bayi dengan cara mengajaknya berbicara, dengan begitu bayi akan terbiasa dengan suara-suara sehingga memudahkan mereka dalam berkomunikasi saat sudah lahir. Tidak cukup dengan itu saja, namun itu juga dapat mempererat hubungan batin antara anak dan ibu. Misalnya saja banyak kita lihat saat seorang ibu sedang memiliki beban maka secara otomatis sang bayi akan rewel, bahkan menangis. Mengapa ? karena bayi mampu memahami dan merasakan dengan baik bagaimana orangtua mereka ketika bayi masih dalam kandungan.

Bayi pada umumnya sangat menyukai gerakan mengayun, contohnya saja saat bayi menangis kemudian orang tuanya mengayun-ayunkannya maka yang terjadi bayi itu akan diam dan cenderung tenang, karena apa? Pada saat bayi di dalam kandungan mereka seakan-akan sedang di ayun-ayunkan, itulah mengapa jika bayi menangis akan langsung berhenti ketika sudah di ayunkan. 

Bayi yang baru lahir pada dasarnya sudah dapat melihat, namun penglihatan mereka terbatas, apapun yang mereka lihat hanyalah warna hitam. Bayi yang baru lahir bisa memfokuskan matanya pada benda dengan jarak maksimal 18 inchi. Maka dari itu para ibu yang sedang menyusui anaknya berikan perhatian lebih kepada mereka, ajak mereka bicara dan fokuskan pandangan kalian pada bayi meskipun mereka belum begitu jelas melihat wajah kalian. 

Namun percayalah bahwa bayi hanya bisa menoleh ketika mendengar suara orang yang sehari-hari dekat dengannya. Bayi yang baru lahir akan mengenali suara ibunya dengan lebih baik di bandingkan dengan suara ayah mereka. Bayi akan mulai belajar mengenali suara ayahnya ketika berusia 14 hari.

Bayi yang baru lahir memiliki insting serta kemampuan berenang secara alami. Namun akan hilang pada usia beberapa minggu sehingga seseorang harus berlatih kembali jika ingin bisa berenang. Kenapa dikatakan bayi yang baru lahir sudah mampu dan bahkan bisa berenang? Karena pada masa kehamilan saat bayi masih dalam kandungan, mereka terbiasa dengan cairan di dalam rahim atau ketuban. Bayi memiliki kemampuan alami untuk bertahan di dalam air. Itulah mengapa sampai ada proses persalinan waterbirth atau melahirkan di dalam air. 

Karena para dokter mengetahui keunikan dan kemampuan yang di miliki oleh para bayi. Meski di lahirkan di dalam air bayi tidak akan tenggelam ataupun menenggak air karena ada lapisan lendir yang melindunginya. Bayi yang baru lahir juga memiliki indera penciuman yang lebih peka. Mereka akan dengan mudah mengenali ibunya hanya dengan mengandalkan indera penciumannya itu, bahkan bayi juga menggunakan indera tersebut untuk menemukan puting susu ibunya saat hendak menyusu. Bayi memang makhluk yang unik dan menggemaskan.

Mengasuh seorang bayi sebenarnya tidaklah sulit. Memang banyak buku atau orang-orang yang memberikan nasehat tentang kiat-kiat mengurus anak. Namun kalian juga tidak bisa sepenuhnya menghindari ataupun mempercayainya begitu saja. Karena kalian tentu memiliki naluri sebagai orang tua. Karena kalianlah yang merawat, memandikan, menggantikan popoknya, menenangkannya dan memberinya makan. Tentunya kalian lah yang lebih tahu dan mengerti bagaimana harus bertindak dalam menangani setiap perkembangan yang terjadi pada diri anak. 

Orang tua pada umumnya sudah diberikan oleh allah kemampuan dalam memahami dan mendidik anak. Maka tanpa adanya pengalamanpun mereka tentu dapat menanganinya sendiri. Jika seorang ibu merupakan madrasah bagi anaknya, maka ayah adalah kepala madrasah yang bertugas memberikan pendidikan yang baik kepada anak. Seseorang di katakan sebagai ayah apabila telah mendidik anaknya, jika seorang ayah memiliki anak namun tidak mau mendidiknya maka dia tidak pantas dikatakan sebagai ayah. Anak adalah anugerah sekaligus hadiah. 

Namun banyak orang yang mengatakan “waah, repot betul merawat anak” padahal kenyataannya lebih repot lagi kalau tidak memiliki anak. Karena sejatinya anak bisa mengantarkan orangtua ke surga jika apa yang kalian ajarkan pada mereka merupakan hal yang baik dan benar. dan begitupun sebaliknya, anak dapat membawa orangtua masuk ke neraka jika orangtua itu sendiri lalai dalam mendidik dan tidak memberikan pelajaran agama untuk anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun