Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Dilema Calistung saat ini

27 Maret 2018   16:22 Diperbarui: 28 Maret 2018   20:48 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara mengenai anak tentu tidak terlepas dari yang namanya bermain, hal itu bukan sesuatu yang mengherankan. Mengetahui bahwa dunia anak merupakan dunia bermain maka di sekolah PAUD/TK sendiri dalam pembelajarannya adalah bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Hal ini dilakukan semata-mata agar anak mendapatkan pengetahuan dan ilmu tanpa harus mengesampingkan dunia (bermain) mereka. hal ini dikarenakan anak masih belum bisa untuk diajak berpikir terlalu keras, seperti pembelajaran calistung (membaca,menulis, dan berhitung).

Baru-baru ini saya mendengarkan keluhan dari anggota keluarga yang memiliki anak di TK, beliau mengeluhkan anaknya yang belum bisa membaca dengan lancar, lantas sayapun memberitahu beliau karena saya pernah mendengar bahwa anak usia dini belum boleh diajarkan calistung, mereka hanya boleh dikenalkan saja.  beliau lantas mengimbuhkan, bahwa untuk masuk ke jenjang SD (sekolah dasar) di daerah beliau pada saat ini diperlukan tes, selain dari kecukupan umur. 

Inilah yang menjadi ketakutan sekaligus masalah bagi orangtua yang mau tidak mau harus mereka pecahkan untuk dapat memenuhi tuntutan sekolah yang semacam ini. Melihat hal ini, yang menjadi fokus beliau adalah bagaimana anaknya harus bisa membaca, menulis dan berhitung yang sebenarnya belum bisa diajarkan pada anak usia dini, namun lagi-lagi tuntutan mengharuskan anak untuk mampu calistung. Beliau lantas mengambil keputusan untuk memberikan les tambahan pada anaknya dan berharap dengan cara ini anaknya dapat membaca, menulis dan berhitung. 

Sebelum itu, anak tersebut hampir setiap sepulang sekolah mendapatkan PR dari sekolah yang mengharuskan anak untuk menulis tulisan tegak bersambung yang telah dicontohkan (dituliskan) dalam buku tersebut, berisi soal penjumlahan, dan terakhir kemarin adalah soal pengurangan dimana ada satu soal yang hasilnya adalah negatif. Melihat hal seperti ini, bagaimana cara orang tua untuk memberikan penjelasan dan mengajari mereka sementara anak seusia ini tidak dapat diajak berpikir terlalu keras. Untuk hal menulis tegak bersambung, saya masih ingat jelas bahwa dulu saya mendapatkannya pada jenjang sekolah dasar, dan sekarang sudah ada dalam jenjang TK. 

Saya tidak jarang menemukan kesulitan ketika anak beliau mengerjakan PR menulis tersebut, kendalanya karena memang tulisan tersebut tidak mudah dan juga tidak adanya keinginan untuk mengerjakannya, sehingga untuk menyiasatinya maka orang tualah yang akhirnya mengambil peran untuk mengerjakan. 

Melihat problem semacam ini cukup membingungkan, di satu sisi anak belum boleh untuk diajak berpikir terlalu keras sebab itu bertolak belakang dengan masa mereka yang masih tidak bisa lepas dari bermain sedangkan di sisi lain ada tuntutan yang mengaruskan anak untuk bisa calistung sebagai syarat masuk jenjang yang lebih tinggi. 

Namun kembali lagi, hal yang perlu di ingat bahwa setiap anak nantinya pasti bisa membaca, menulis dan berhitung ketika usia dan pikiran mereka mampu dan mau untuk melakukan itu, dan usia yang baik untuk mengajarkan calistung adalah 6-7 tahun, sebab ketika usia tersebut anak baru mencapai tahap sensorik motorik sehingga mereka benar-benar siap untuk calistung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun