Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Sekarang Tuhan

24 Juli 2021   05:38 Diperbarui: 24 Juli 2021   07:45 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembar-lembar keluh hadir lagi di hadapan, meringis diam, terasa betul perjuangan menahan kesakitan, hanya satu tanda yang kutahu dari keadaanmu.

"Yang dirasakan sekarang apa pak?"

"Kepala saya mau pecah."

Bangsal putih, botol bergantung, injeksi di pergelangan tangan menjawab tahanan erang. Sejenak kau masih menampakkan sinar dari bola matamu sebelum akhirnya meredup pejam.

Aku kini mengerti rasa sakit itu suamiku, kepala ini, ingin sekali kutaruh di almari. Direparasi agar bisa tegak saat berdiri. Terbujur aku sepertimu, tak berani menoleh apalagi berdiri.

Satu yang tak ingin kumirip denganmu. Berharap tak ada yang mengikhlaskanku, seperti dulu saat kau akan berpulang, baru pejam setelah kubisikkan kerelaan.

"Kuikhlaskan dia Tuhan, sambutlah dengan keindahan."

Pecah teriakan, lolong nestapa kulantunkan. Yang sudah kuucapkan tak mungkin kutarik telan. Aku menyesal, akhirnya aku kehilangan.

Suamiku, kubiarkan rasa derita ini mendera. Aku berjuang untuk nyawa-nyawa yang kau tinggalkan. Tuhan, tunda dulu kepergianku sampai usai pengabdianku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun