Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perlawanan "Lonte" Demi Pertaubatan 4

2 Desember 2020   05:22 Diperbarui: 2 Desember 2020   05:27 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Melihat Bintang Yang Sesungguhnya di Jakarta ini."

Jawaban John membuatku hilang kaget,   tersipu mendapati kenyataan salah persangkaan.

Maka kubiarkan jemari John menyingkirkan anak-anak rambut yang rasanya menjurai di ujung kening hijab. Hanya memandang saja, tidak lebih. Ini menumbuhkan detak dan desir tak karuan.

"Tidurlah, selamat bermimpi indah. Besok kita akan lakukan banyak hal."

Perkataan John sangatlah lembut, tak terlihat akan melakukan kenakalan. Anggukanku mengakhiri tatapannya padaku. Aneh, tetiba aku ingin sedikit mendapat ciuman di kening seperti yang sering kulihat pada film-film romantis western. Namun aku diam saja tak bergerak, takut melakukan kesalahan, bisa-bisa dikira sudah mau.

Kupejam mata, tarik selimut menutupi kepala. Melanjutkan tidur dengan isi kepala gegap gempita, juga hati yang saling bersahutan. Antara ingin dibelai dan takut diapa-apakan.

Pergantian hari di Kuningan kutandai dengan adzan subuh. Lamat terdengar bersahutan, rupanya dari beberapa masjid di kawasan ini.  John masih tidur di sofa panjang dekat jendela, ingin membuka tirai sebetulnya tapi takut membangunkan. Akhirnya kuputuskan bersih diri saja, ke toilet.

Mengingat yang terjadi semalam, aku selamat hingga pagi tak dinakali oleh Jhon. Ini membuatku mencari penyebab. Mungkinkah karena kutunaikan shalat dulu sebelum tidur kemarin? Sehingga Tuhan berkenan menjagaku.

Maka kuputuskan shalat lagi pagi ini. Agar terjaga hariku nanti. Usai berendam air hangat, wudhu menjadi ritual terakhir untuk keluar dari toilet. Melakukan sholat lagi seperti kemarin malam.

Jhon nampak masih pulas hingga aku usai sholat. Menenggak air mineral hotel lalu rebah dengan gawai di tangan. Menyapa ayah di Malang.

"Pagi ayah, hari ini Neesa ada di Jakarta. Mungkin lusa baru pulang."

Tak ada jawaban, biarlah. Pasti ayah sedang jalan-jalan pagi ke Araya.

Pukul 7 pagi. Jhon nampak bergeliat, matanya terbuka, menoleh ke arahku yang masih rebah di ranjang.

"Goedemorgen Neesa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun