Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tolong, Jangan Sebut Namaku

22 Oktober 2020   04:33 Diperbarui: 22 Oktober 2020   04:50 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari buku Rindu Sebatang Pohon (dokpri)

Kata orang, Menulis membuat nama abadi. Aku takut sungguh. Aku tak ingin dikenang. Aku hanya ingin menjejakkan, tulisanku saja yang abadi jangan namaku.

Sebab kalau namaku, akan banyak ludah sumpah serapah terhambur. Ahli maksiat ini akan menyulut benci. Membuat orang takkan mau walau sedikit lirik atas torehan jemari.

Aku tak mau diingat, itu menumbuhkan hujat. Karena aku adalah pecundang keparat yang rajin mencatat  kejahatan menjadi berita harian. Mengingatku menyemaikan benih permusuhan bahkan peperangan. Terbuka atau diam-diam.

Abadikan saja kata-kataku, jangan laku langkahku. Perhatikan yang kukatakan, jangan selidik siapa yang mengatakan. Karena walau dimandikan emas, badan ini tetaplah pekat dilumur jelaga laknat.

Maka tolong, jangan sebut namaku

Meski lolong ampunan kuteriakkan hingga ke kutub-kutub bumi. Masih takkan bisa membuka pintu-pintu hati yang terlanjur benci. Akulah nista dan najis itu. Jadi jangan ingat aku. Biar Rabbku saja yang kutuju, untuk ampunan yang kuyakin masih mau menerimaku.

Anis Hidayatie, Ngroto 21/10/2020 Untuk Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun