Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mawar yang Mati

11 Agustus 2020   08:00 Diperbarui: 11 Agustus 2020   07:49 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Hujan yang basah, menidurkan inginku dari bergembira tersebab datangnya. Tiada pengaruh apa-apa untuk tubuh utuhku.Kelopakku layu, batangku terkulai, daunku kehilangan warna hijaunya. Sekarat kata sejawat. Terbiar liar di hamparan keresahan.

Embun hanya menyapa sebentar, padahal ingin betul berlama ditimpa bulirnya. Dia menguap begitu saja tiap mentari menyapa. Diselingkuhinya aku untuk waktu hingga dia mau datang lagi.

Hanya duri-duri ini yang membuat orang peduli. Menjaganya dari tersentuh usap pun ucap. Agar tak lagi hadir rasa menyakiti. Padahal tajamku telah tumpul sempurna. Tiada daya, tak mungkin melukai. Karena aku telah menjadi mawar yang mati.

Anis Hidayatie, untuk Kompasiana untuk Sayyidi Abdullah, Riyadh

Ngroto 11/8/2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun