Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tetaplah Anda Berjuang di Rumah, Biar Kami Saja yang Berjuang di Jalanan

4 April 2020   07:49 Diperbarui: 7 April 2020   05:32 3911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjagaan ketat di perbatasan wilayah

Lockdown, meski tidak full dilaksanakan, gemanya mampu membuat orang taat anjuran. Stay at home, work from home. Jangan keluyuran atau bepergian. Itu yang terjadi kini, di seluruh bagian wilayah Indonesia, bahkan hampir di seluruh dunia.

Jalan raya sepi, hiruk pikuk keramaian tak ada lagi. Ini membuat kondisi seperti kota mati. Sunyi. Hal yang terjadi pula di daerah saya, tepatnya desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang-Jawa Timur.

Balai desa Ngroto
Balai desa Ngroto
Sebuah desa yang biasanya cukup ramai oleh banyak kunjungan study banding dari berbagai desa di Indonesia. Untuk melihat dan belajar bagaimana menjadi Desa Mandiri standard nasional. Karena Ngroto, desa saya adalah jawara terbaik IDM nasional Indeks Desa Mandiri.

Kunjungan dari daerah lain, menerima tamu dari berbagai elemen dan kepentingan telah menjadi pemandangan biasa di balai desa. Di samping tentu saja pelayanan kepada warga atau kegiatan lain untuk warga. Dari pagi sampai hampir tengah malam. Setiap hari ada saja acara. Di Balai desa, yang tempatnya tepat di depan rumah saya.

Imbasnya menyenangkan secara pribadi. Keramaian itu membuat saya merasa aman, tak perlu was-was berlebihan dengan kondisi rumah. Serasa ada yang menjaga. Bukan apa-apa, 2 jagoan di pesantre semua, tidak ada lelaki di rumah. Satu gender yang identik dengan memberikan rasa aman.

Kondisi itu tak lagi saya temukan kini. Kantor desa tetap buka tapi dengan kegiatan berbeda. Layanan langsung kepada masyarakat berkurang, terbanyak yakni kegiatan penyemprotan disinfektan dan memasang banner-banner waspada Corona. Ke seluruh berbagai penjuru desa.

Lockdown lokal. Pengawasan ketat. Pintu keluar masuk akses dijaga. Ada polisi pula di daerah strategis perbatasan masuk wilayah kecamatan. Memastikan keamanan. Memeriksa lalu lalang kendaraan. 

Yang tidak berplat nomor atau berKTP penduduk setempat diinterogasi, cek kesehatan dengan test darah atau tembak suhu di kening. Bila ada yang tidak memenuhi syarat fix, dilarang melintas. Diminta balik kucing.

Saya tahu itu semua karena anak saya mengalami. Tiap hari dia tetap harus berangkat kerja pulang pergi, melintasi gunung, jurang dan hutan ke tempat kerjanya. Sebagai tenaga IT di pesantren tetangga kecamatan, juga petugas yang memeriksa kesehatan santri setiap hari.

Ada SOP yang harus dia jalankan dan dilalui setiap hari. Memastikan diri sendiri aman dahulu dengan cek kondisi pribadi sebelum interaksi dengan orang lain. Santri dan orang-orang yang berada di tempatnya bekerja.

Orang-orang yang beraktivitas di jalananpun sedang berjuang. Polisi, petugas desa, tim medis, petani yang tiap hari ke lahan garapan, bahkan pedagang sayur atau makanan keliling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun