Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Workshop ke-2 Komalku Raya, Momentum untuk Mandiri Berkarya

30 April 2019   08:10 Diperbarui: 30 April 2019   08:31 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta perempuan foto bareng Ning Evi

Workshop 2 KomalkuRaya, Momentum untuk Mandiri Mandiri Berkarya

Melakukan acara launching buku tanpa buku yang dilaunching, bagaimana rasanya?

Itu yang menimpa saya kemarin, acara Workshop ke 2 KomalkuRaya ( Komunitas Menulis Buku Malang Raya dan Sekitarnya ) harus digelar tanpa kehadiran buku Kupu-kupu Bersayap Pelangi karya Ning Evi Ghozaly dan teman teman anggota Komalku Raya dari penerbit. 

Serasa tertimpa tangga, seperti ingin ditampar ribuan telapak tangan, tangis ini tak tertahankan. Diberi kabar bahwa ada kesalahan saat proses pencetakan pada H-1 acara akan digelar membuat saya berada dalam tekanan. Maafnya, pengakuan keteledorannya tak mampu mengobati kecewa. Buku itu sudah saya pesan jauh hari sebelum pelaksanaan, semua prosedur telah pun dilalui selazimnya akan membuat buku. Lunas, telah saya bayar sesuai harga yang diminta, waktu H-7 penyelenggaraan harusnya buku itu sudah di tangan. 

Anis Hidayatie (doc.pri )
Anis Hidayatie (doc.pri )

Jauh jarak, kepercayaan, hanya mengandalkan hubungan by phone, by chat membuat saya tidak melakukan cek ricek ke lokasi pencetakan. Hasilnya, buku yang dicetak keliru, pihak percetakan tidak mencetak buku saya, tapi milik orang lain yang disangka buku saya. Ini baru saya ketahui H-1 acara launching buku. Teman saya pihak penerbit mengakui keteledorannya dan meminta maaf. Cukup untuk dia tapi tidak untuk saya.

Acara sudah siap gelar, nama keynote speaker positif menyatakan kesediaan, free, demi acara ini dia bahkan rela membatalkan acara lain. Yang dalam pandangan saya lebih penting dari acara ini, secara di sana ada nominal besar yang dihasilkan.  Penyelenggara telah pun menyiapkan gedung dan  konsumsi secara cuma-cuma hanya demi ingin menjadi bagian dari perjuangan kata-kata. Rundown acara telah beredar, Ada peserta dari beberapa  kota di Jawa timur datang, menginap di lokasi penyelenggaraan. Pesantren Al-falah Kepanjen. 

Sponsor, sebagai bagian dari sukses acara ini telah memberikan sumbangannya. Sadat foundation mendanai pembuatan banner dan pemberian Kaos komunitas untuk doorprize, serta untuk operasional. Pak Santoso, pustakawan kota Malang dan UIN Press telah menyiapkan buku untuk diberikan secara cuma-cuma kepada peserta. Sebagai bagian dari acara hujan buku, seperti yang telah tertulis di flyer. Pun Hijab, dari Ning Evi Ghozaly untuk peserta perempuan.

Buku- buku untuk peserta - Dokpri
Buku- buku untuk peserta - Dokpri

Tak mungkin saya menggagalkan acara. Maka show must go on. Berkerut kening kepala saya, mencari cara bagaimana agar launching tanpa buku penerbit itu tetap terselenggara. Maka,  ada dua cara yang usahakan,


Pertama, menampilkan file buku tersebut di layar LCD, agar terlihat covernya, agar terbaca isi seluruh halamannya, untuk kita bincangkan dalam acara. Semacam e-book kemasannya.
Kedua, membuat buku darurat, sebagai  contoh, agar peserta tahu, bisa memegang, bisa berfoto bersama dengan buku karya perdana.

Maka jadilah acara launching tersebut terselenggara dengan memanfaatkan dua hal tersebut. Buku berupa file, jadi semacam e-book, serta buku contoh. Khusus untuk buku contoh ini saya memperolehnya dengan perjuangan. Mengingat hari Minggu, banyak toko atau percetakan tutup. Alhamdulillah satu toko buka. Saya serahkan file, saya minta print, untuk cover saya  minta dicetak ketas foto. Dalam waktu beberapa jam buku tersedia jadi. 

Ning Evi tampil di sesi pertama, dia mengungkapkan muasal tercetusnya judul Kupu Kupu  Bersayap Pelangi. Itu adalah panggilan sayang dari seseorang yang dipanggil Abah  untuk Ning Evi.
"Saya suka kupu2, hujan dan pelangi. Saya nggak pernah bisa diem terbang kesana kemari. Suka ngejar pelangi dan nyebar cinta dengan banyak warna seperti pelangi."

Ning Evi, berpuisi dan memberikan testimoni - dokpri estimoni
Ning Evi, berpuisi dan memberikan testimoni - dokpri estimoni

Sebagai penutup dia berkenan pula membacakan puisinya. " Kupu kupu Bersayap Pelangi." Air mata berderai, peserta dibuat hanyut haru oleh kisahnya, yang pernah divonis dokter tak kan lama lagi menghirup udara bumi.
Semangat, itu yang dia pesankan. Apapun yang terjadi dalam kehidupan semangat tetap harus dikedepankan. Meski sakit, meski dikecewakan penerbit, tatapan tetap harus kedepan. 

Pada sesi kedua. Lilik Fatimah Az-Zahra, Kompasianers kawakan berkenan mengisi acara. Dia menceritakan bagaimana bisa ikut terlibat memberikan testimoni untuk buku itu. Ada endorsement darinya di cover akhir buku tersebut. 

Lilik Fatimah Az-Zahra- dokpri
Lilik Fatimah Az-Zahra- dokpri

Kisahnya menyemangati peserta, tentang awal masuk Kompasiana, terdampar menjadi pemuisi,  bahkan dia juga membaca puisi. Memberikan hadiah buku pada peserta yang berhasil memenangkan tantangannya. 

Senyum dan semangat peserta yang antusias membuat saya terharu. Mereka datang untuk literasi. Memenuhi gedung  aula pesantren Al Falah ini. Hujan buku dari UIN press dan pak Santoso, bantuan finansial dari Sadat Foudation untuk  pesantren pula. Ditambah  kedatangan Ning Evi  dengan teman yang juga orang penting dalam literasi, - Bapak Kholiq Baya. Direktur Radar Jawa Pos Jember-  serta  dimunculkannya  Adhis, sang putri Bapak Kholiq yang juga cerpenis. Mereka berkenan menyampaikan kisah, testimoni, menularkan ilmu menulis secara cuma-cuma kepada kami. Itu satu anugrah Tuhan yang sungguh tak terperi.

Siang itu telah kami dapatkan, teladan terhadap indahnya kebersamaan, contoh bahwa hidup ini lebih berwarna dengan berbagi, tak perlu berhitung untuk memberi. Biarkan Tuhan saja yang membayar semua yang kita keluarkan. Lalu, keberkahan, kebahagiaan menjadi buah yang akan dihasilkan.

Acara diakhiri dengan tugas menulis bebas, Ning Evi menjadi sentral ide penulisan,  disertai harapan bahwa kehadirannya akan menginspirasi perjuangan literasi. Rencana hasil karya peserta saat itu akan kami bukukan juga. Sebagai penanda silaturahmi dari workshop 2 ini. 

Selain itu semangat berbagi juga menular kepada anggota komunitas. Saat acara usai mereka masih belum beranjak dari tempat duduk. Usai sesi foto-foto, peserta yang belum menjadi kompasianer, secara spontan meminta bantuan membuat akun. 

Foto dengan buku karya perdana
Foto dengan buku karya perdana

Maka jadilah sore itu ada kehangatan lain. Berbagi ilmu dari Kompasianers kepada newbie. Bagaimana membuat akun, menulis di Kompasiana, apa saja yang bisa diperoleh dari Kompasiana serta tentu ada penjelasan tentang reward pula. Ini yang membuat peserta betah berlama lama untuk tak segera pulang. Berhasil membuat akun, mencoba posting tulisan. Baru pulang.

Satu hal lagi yang saya pelajari dari workshop 2 dan launching buku siang itu. Mandiri. Ada pemikiran untuk mengerjakan buku-buku yang telah kami rencanakan terbit pada periode periode berikutnya  mandiri. Kami akan kerjakan bersama dengan sesama anggota komunitas. Toh secara SDM anggota komunitas, beberapa diantaranya mempunyai kemampuan untuk itu.  

Bersama Komunitas Pejuang Kata -kata, KPK. Pose sebelum pulang
Bersama Komunitas Pejuang Kata -kata, KPK. Pose sebelum pulang

Supaya tidak tergantung dengan orang lain. Agar kita juga bisa mengetahui seluk-beluk penerbitan secara utuh. Lalu bisa berbuat sesuatu untuk literasi. Tidak menyalahkan dan disalahkan bila ada kekeliruan saat buku itu terbit. Karena ini adalah karya bersama. Mulai dari penulisan hingga penerbitan. 

Ya, workshop 2 Komalku Raya serta launching buku kali ini telah mengajarkan banyak hal pada saya. Momentum untuk mandiri berkarya. Itu salah satunya. Salam literasi. Salam perjuangan untuk pelaksanaan kata-kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun