Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mataku

18 April 2019   21:47 Diperbarui: 18 April 2019   21:57 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sedari pagi kutatap sinar biru

Yang lebar dipanggil televisi

Yang segenggam tangan dinamakan gawai

Yang terdapat papan huruf disebut komputer

Aku akrab dengan mereka

Bunda bilang agar aku duduk manis

Ayah bilang agar aku tak gagap teknologi

Kuterima, aku suka, enggan lepas dari mereka

Tetiba pandanganku tak awas lagi

Angka tiga kusangka delapan

Angka sembilan kukira enam

Kabur, yang ku saksikan bercampur

Mataku penat, berat

Menatap layar derita makin hebat

Aku tersiksa, sungguh ku tak suka

Sampai ibu bertanya, "ada apa?"

Kukeluhkan semua tentang mata

Dokter  berkata," ini akibat itu semua"

Harus berkacamata

Aduhai beratnya

Andai kubisa jaga jarak pandang

Andai tak terlalu kuakrabi layar

Tentu tak perlu kupakai mata sambungan

Tentu masih tajam penglihatan tanpa bantuan

Aku merasakan sendiri

Tak enak memakai kacamata dalam usia dini

Namun harus bagaimana lagi? 

Ini terlanjur terjadi

Maka yang bisa kulakukan hanya jaga  mata

Agar tak lebih parah sakitnya

Agar tak bertambah ukuran minusnya

Agar tak perlu lagi berkacamata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun