Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Audrey Audrey

15 April 2019   14:53 Diperbarui: 15 April 2019   15:36 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dikatakan pada bidadari di antara arakan awan, ada anakmu sedang dirundung nestapa tak berkesudahan, sakit sangat di sekujur badan, bilurkan duka lara mendalam, merasa muram masa depan, kosong, tak ada harapan.

Anakmu, Audrey serupa kuntum melati suci, yang wanginya menebar ke segala ruangan, yang putihnya sebersih buih di lautan, tak ternoda noktah walau seulas jelaga hitam.

Hingga pecundang-pecundang keparat itu datang, tanpa tanya, tanpa sapa, dikoyak kesuciannya. Dituduh, dihinakan, tanpa satupun kesempatan pembelaan. Teraniaya dirinya, menjadi bungkam mulutnya, lebam memenuhi segenap rasa tak bersalahnya.

Pada dunia dikabarkan kesakitannya, agar tak ada lagi aniaya berulang. Audrey audrey lain telah pernah merasakan, sungguh merisaukan gema indah dalam kehidupan.

Duhai bidadari-bidadari ibu pertiwi, Audrey, Audrey itu anakmu, anak kita, harusnya ada usap sayang padanya, harusnya kita datang jaga kesuciannya. Kepakkan sayapmu turun, bela anakmu dengan sebenar benar bela, buat pengoyak nurani itu jadi jera. Agar tak ada lagi Audrey Audrey lain alami nasib serupa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun