Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menyoal Kebijakan Parkir 30 Derajat di Jalan Bandung Kota Malang

22 Januari 2019   04:34 Diperbarui: 22 Januari 2019   09:12 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepanjang Jalan Kehidupan.wordpress

Kota Malang dahulu dikenal sebagai kota dingin, sejuk penuh bunga. Nyaman dipandang mata, nikmat dijadikan tempat berjalan-jalan bagi kaki yang sekedar ingin olah raga, jalan pagi lepas fajar, atau berburu senja, jelang malam.

Itu dulu, puluhan tahun yang lalu ketika saya masih menempuh sekolah PGA --Pendidikan Guru Agama-- tahun 86' an di Jalan Bandung kota Malang. Mengikuti perkembangan zaman, Malang telah berubah drastis, pertambahan penduduk, geliat gaya hidup dan meningkatnya income perkapita penduduk Malang, menimbulkan masalah baru yang umum terjadi di kota-kota besar. Yakni kemacetan.

Beberapa titik di kota Malang menjadi daerah yang rawan kemacetan. Traffic jam berlaku di banyak tempat, terutama area sekolah. Kebetulan sekolah-sekolah favorit di kota Malang ini terletak di pinggir jalan raya. Jadilah pemandangan antrian mobil berderet, lazim ditemukan. Sistem parkir yang kadang tak bersahabat, ikut memperparah permasalahan  kemacetan di kota Malang.

Kali ini saya akan mengangkat tema  kemacetan di MIN I yang terletak di Jalan Bandung. Saya berusaha memahami  bagaimana rasa orang tua ketika antri menunggu putra-putri  pulang dari belajar. Sistem parkir 30 derajat ini sangat menyulitkan pengguna sepeda motor yang hanya butuh waktu beberapa menit saja untuk parkir sebelum meneruskan perjalanan pulang kerumah masing-masing.

Kondisi yang ada sekarang memaksa pengguna sepeda motor harus masuk ke parkiran dalam halaman MIN I Malang. Setelah itu baru bisa keluar lagi dengan menerobos sistem parkir sepeda yang kurang memadai. Lalu menerobos berjubelnya anak-anak yang keluar dari kelasnya masing-masing.

Ada beberapa titik macet yang lumayan parah di sekitar bahu jalan di depan sekolah-sekolah . Tak hanya berpusat di MIN I Malang saja. Kita bisa melihatnya dengan  meneropong titik kemacetan tersebut melalui geogle map disaat -saat jam tertentu, seperti jam masuk sekolah serta kerja dan jam pulang sekolah dan kerja.

Hal ini tentu berimbas kepada pengguna jalan lain yang kurang mempunyai kepentingan di jam-jam itu. Kemacetan sebetulnya tidak membutuhkan waktu berjam-jam untuk mengurainya. Namun membutuhkan kesabaran secara umum bagi pengguna jalan. Karena perlu disadari juga yang membuat macet sesaat itu adalah proses mencetak generasi yang mumpuni dimasa yang akan datang.

Keadaan ini telah ada yang memblow up sebetulnya, bahkan situasi permasalahan terkesan dibesar-besarkan, sepertinya kemacetan hanya di seputar jalan Bandung  saja, padahal disepanjang jalan Bandung lurus kearah perempatan ITN --Institut Teknologi Nasional-- itu juga berpeluang untuk macet. Namun ini sedikit mendapatkan cuitan pengguna jalan. Sampai disini saya jadi berfikir tentang ketidakadilan sistem pengguna jalan.

Sebagai  solusi yang bisa saya tawarkan pertama adalah, bagi pengguna jalan yang cerdas bisa melewati jalur selain di depan MIN I disaat jam -jam kritis. Kedua, pihak MIN I diharapkan untuk mempunyai armada antar jemput sekolah agar dapat sedikit mengurai kemacetan. Ketiga, pihak MIN I Malang menyediakan lahan yang memadai untuk area parkir sepeda motor. Kempat, pihak MIN I Malang bisa membuka akses parkir di  halaman kanan dan kiri sekolah. Disebelah kiri dan kanan pos satpam dengan membuka pagar permanen yg sebelah kanan pos satpam. Kelima, bagi Dinas Perhubungan jika dimungkinkan bisa membuat jembatan layang di sekitar jalan Bandung agar tetap berjalan normal arus lalu lintasnya.

Itulah beberapa alternatif pengurai kemacetan dijalan Bandung, yang sempat saya pikirkan. Saya sangat memahami bagaimana perasaan pengguna jalan dan wali murid yang menjemput sekolah. Tulisan ini saya buat karena saya melihat bukan hanya di Malang saja terjadi kasus demikian, macet saat traffic jam, pengantar jemput sekolah sering bete dengan situasi demikian, pengguna jslan lain juga tak nyaman karenannya.  Bagaimana dengan daerah anda?  Semoga kita dapat menyepakati win win solution. Baik bagi wali murid pengguna jalan lain, Dinas Perhubungan maupun pihak sekolah sebagai  sentra kemacetan.

Salam damai bagi pengguna jalan. Malang, 20 Januari 2019
Ditulis Anis Hidayatie feat Faridatul Mahya

Untuk Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun