Wujuduhu Ka Adamihi. Adanya seperti ke tiadaanya. Hadirnya seperti tak berharga. Diabaikan, tak dihiraukan. Sedikit lirikan saja tak diberikan. Mungkin dirinya sudah menjadi sumber kejengahan.
Kalau sudah diperlakukan begini, ya stop! Jangan lagi ngoyok atau ngotot minta diperhatikan, apalagi tebar perkataan sekedar menarik tatapan. Sudahlah, Abaikan!
Hidupmu terlalu berharga untuk berburu satu matahari yang sedikit menerpa kan cahayanya saja dia sudah tak mau, bikin silau saja. Masih ada matahari di galaksi lain yang berharap rotasimu, revolusimu. Putar haluanmu pindah ke tata Surya itu.
Lepaskan dirimu dari belenggu yuwaswisu lelaki muliamu, dia sudah tak lagi menganggapmu layak menjadi perempuan mulianya. Minggirlah tanpa pamit, keluarlah tanpa permisi. Apa lagi yang kau mau darinya?
Kepantasanmu sudah tak ada, pesonamu sudah tanggal. Tinggal belulang terbungkus kulit. Untuk apa kau masih mengharapkan rengkuhannya?
Pergilah dengan cinta terpatri, bukan berharap dia kembali. Tapi menghargai setiap kenangan ketika cinta masih saling bersemi. Bagaimanapun dialah yang menyeretmu merasai tarian indah pelangi. Tetap hargai dengan bangkit kembali. Tanpa benci, enyahkan setiap potong permusuhan.
 Dia bukan malaikat, yang tak punya syahwat, diapun bukan setan sumber dari segala kesalahan. Dia hanyalah makhluk yang padaNya dia harus tunduk. Mungkin dia sadar bersamamu adalah kesalahan, menggandengmu adalah kenistaan.Â
Lepaskan, bebaskan dia menuju kesadaran.
Tak perlu kau kejar, jangan pula kau buru, itu makin memurukkanmu. Bercerminlah saja. Introspeksi kalau bisa, semoga segalanya baik - baik saja, bukan untuk kembali seperti semula, tapi berbaik sangka pada setiap Qodho' dan QodarNya. Tuhan selalu berikan yang terbaik untuk umatnya, hanya kita yang sering alpa, lupa menyadarinya. Semoga kita semua pantas masuk sorga.Â