Mohon tunggu...
anie puji
anie puji Mohon Tunggu... Guru - Mengembangkan hobby menulis, berbagi informasi dan pengetahuan lewat kompasiana

Aktifitas sebagai guru, hobby menulis sejak kecil, suka menulis di media sosial juga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekedar Teman atau Sahabat

23 November 2020   23:24 Diperbarui: 23 November 2020   23:44 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai makhluk sosial kita tak bisa hidup sendiri. Sejak lahir ke dunia hingga ajal menjemput kita butuh pertolongan, bantuan sesama manusia. seorang bayi yang baru lahir disambut dengan penuh kebahagiaan oleh orang tua. Semakin bertambah usia, orang tua mulai memperkenalkan kerabat, saudara. Menginjak  usia sekolah mulai kenal dengan teman sebaya. Begitulah gambaran umum siklus pencarian teman.

Sebagaimana judul di atas "Sekedar Teman atau Sahabat", kalau sekedar teman mah gampang didapat, tak perlu dicari. Di sekolah kita punya banyak teman, teman sekelas, teman seangkatan dan sebagainya. 

Di rumah ada teman bermain atau tetangga. Pokoknya dimana-mana ada teman. Namun bagaimana mencari teman yang bisa jadi sahabat sejati, menjaga kelanggengan pertemanan itu semua butuh cara. Bukan sekedar teman pengusir sepi, tapi teman yang peduli dan saling mengerti.

Berbicara tentang pertemanan, kiat mencari teman, teman baik atau sekedar teman, bagaimana menjaga kelanggengan sebuah pertemanan, akan kita bahas tuntas di sini. Kita mulai dari kiat mendapatkan sahabat. Pertemanan yang berlanjut menjadi persahabatan pada dasarnya diawali dari satu kesamaan. Kesamaan hobi, cara pandang, karakter, profesi dsb. 

Diantara kesamaan-kesamaan tersebut, yang paling kuat adalah cara pandang atau pola pikir. Misal sahabat yang memilik kesamaan traveling atau jalan-jalan. Kemana aja mereka slalu berdua. rasanya hambar, sepi kalau acara traveling tanpa sahabat yang satu itu. Intinya persahabatan model ini, keakraban yang mereka ciptakan ya sekedar seputar traveling. 

Begitu pula sahabat seprofesi, akrab, saling bantu dalam tugas terkait profesi. Akan berbeda dengan sahabat yang memiliki pola pikir atau cara pandang yang sama. Boleh jadi persabatan ini beda profesi, beda latar belakang tapi punya cara pandang yang sama dalam menyelesaikan problematika kehidupan. 

Sahabat seprofesipun juga bisa jadi sahabat sejati mana kala memiliki cara pandang yang sama. Sahabat yang seperti ini sulit ditemukan. Tapi abadi dalam pertemanan. Apalagi di era sekarang teknologi semakin maju. 

Persahabat model ini tak mengharuskan slalu bertemu ataupun berkumpul, pepatah bilang jauh dimata namun dekat dihati. Meski jarang bertemu, dia selalu hadir dalam suka dan duka. 

Ibu Muthik salah satu sahabatku seprofesi, sama-sama guru swasta, guru madrasah.  Berawal dari tugas kepengurusan di PGSI (Persatuan Guru Swasta Indonesia), sering bertemu dalam rapat akhirnya saling memahami dan menyadari bahwa kami sehati dalam cara berfikir. 

Akhirnya saling curhat dikala ada permasalahan baik pribadi maupun organisasi. Diantara kami saling menyemangati dan memberi solusi.  Inilah yang dinamakan sahabat sejati. Dia selalu hadir dalam suka maupun duka, baik dalam sikap maupun doa. 

dokpri
dokpri
Keluarga KH. Mujiburrahman juga sahabat sejatiku. Bermula dari persabahatan kedua orang tua, ayahanda Gus Mujib yakni beliau Bapak KH. MA'mun Muzzayin dulu bersahabat dengan ayahku. Beliau semangat bercerita tentang persabahatan dengan ayahku, ketika saya memperkenalkan diri sowan pertama kali. " 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun