Mohon tunggu...
Cahyani Yusep
Cahyani Yusep Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ani

Sederhana dan suka mempelajari hal hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kaitan dari Wanita, Oleh Wanita, dan Untuk Wanita

4 Maret 2023   16:47 Diperbarui: 4 Maret 2023   16:50 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://islamkaffah.id/telaah-konsep-asal-penciptaan-wanita-dalam-al-quran/

Wanita ditanya pertama kalinya oleh calon mertua adalah "bisa masak anu gak?" 

"Bisa gak kamu ngurus bayi?"

"Nanti klo mau sama anak saya, kamu mesti bisa masak donk, mesti bisa ngatur uang, mesti bisa ngurus rumah."

Apakah hal itu salah? Jawabannya adalah tidak salah. Tapi menurut saya, kurang tepat. Jika seorang calon mertua memiliki standar yang seperti itu, membanggakan anak lelakinya yang nanti akan menafkahi istrinya dan akan memenuhi segala kebutuhannya. Lantas menuntut calon menantunya harus bisa ini dan itu, justru malah lupa bahwa menjadi suami yang menafkahi dan memenuhi kebutuhan istri dalam sebuah rumah tangga adalah sebuah kewajiban, bukan kebanggaan. Dan disinilah kebanyakan terjadi tidak dihargainya para istri yang tidak berkarir. Atau yang berkarirpun malah tidak dinafkahi.

Allah menurunkan rezeki kepada setiap manusia, termasuk istri melalui suaminya. Dan Allah mempersatukan suami dan istri berarti akan ada banyak kebaikan di dalamnya. Tanpa menjadi istri dari anaknya pun, Allah turunkan rezeki si Wanita itu melalui banyak hal.  Daripada menuntut peranan Wanita yang nanti akan menjadi menantu kita, atau menuntut sempurnanya seorang menantu dalam menjalankan rumah tangga, mengapa tidak kita persiapkan Anak Laki- Laki kita agar bisa menjadi Imam yang tepat dan baik untuk anak dan istrinya kelak. Yang bisa menghargai Istrinya dan Ibunya, yang menjaga anak-anaknya dari bahaya dan memberikan rasa aman dan nyaman di keluarganya. Manusia tidak akan luput dari kekurangan. Sebesar apa kita menuntut kesempurnaan dari orang lain, maka pertanyakan apa yang sudah kita persembahkan untuk orang itu. 

Jika sebuah peranan Wanita selalu dipertanyakan, maka apakah peranan Pria tidak ada pertanggungjawaban?

Tentunya, menjadi Pria pun tidak mudah. Tugasnya tidak hanya mencari nafkah. Setiap keringat yang dikeluarkan dalam mencari nafkah tentunya menjadi nilai pahala. Tapi tugasnya tidak selesai disitu saja. Ada banyak PR yang harus dia kerjakan, yaitu menjadi kepala Madrasah bagi anak anak dan Istrinya. Jika Istri sebagai Guru pertama bagi para anak-anaknya, maka suami harus bisa menjadi kepala sekolahnya. Bagaimana sebuah Madrasah atau sekolah bisa berkualitas jika kepala sekolahnya tidak banyak tahu. 

Ternyata berumah tangga tidak segampang menyatukan setengah cinta dari pasangannya menjadi satu. Tidak semudah angan-angan ingin hidup bersama dalam sebuah ikatan. Jika kita salah dalam melangkah, penyesalan terkadang menjadi teman yang takan pernah hilang. Maka, Ubahlah diri kita dahulu, pantaskan diri kita dahulu, dan tetap berdo'a agar diberikan jodoh yang baik. Permasalahan akan selalu ada, dan datang silih berganti. Semoga tulisan saya bisa menginspirasi. Wanita-wanita hebat, tidak tercipta dari sebuah kemudahan. Tetap bersabar dalam menghadapi apapun dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun