Mohon tunggu...
NieNie
NieNie Mohon Tunggu... Lainnya - Sekedar Berbagi

Just ordinary and simple

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berteman Dengan Si Bosan

3 Juli 2022   18:26 Diperbarui: 3 Juli 2022   19:36 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah putar sana, putar sini. Balik kanan, balik kiri. Jalan kesana, jalan kemari. Entah ada perasaan di hati yang merasa bosan dan tidak juga menghilang. Ada apa ya? Kenapa ya? Mau ngapain lagi ya? 

Itu sepenggal kejadian atau perasaan yang mungkin diantara kita pernah mengalaminya. Saya juga pernah, ha-ha-ha. Kalau ditambah istilah jaman sekarang, sudah sampai "mati gaya". Bahkan tidak tahu penyebabnya, tahu-tahu merasa bosan pada segalanya.

Saya percaya rasa bosan pasti pernah kita alami walaupun mungkin tingkatannya rendah dan tidak terlalu dirasakan. Namun bisa juga rasa bosan ini justru mendominasi dan berpengaruh terhadap kehidupan kita. Biasanya yang menjadi obyek penyebab bosan adalah karena ada hal-hal yang monoton, kurang hal-hal baru atau tantangan, ketidakpuasan, dan keterkaitan dengan pengelolaan emosional yang mempengaruhi munculnya kebosanan. 

Pada umumnya saat kita merasa bosan, salah satu tindakan yang dilakukan adalah mencoba melawan rasa bosan itu. Ada yang dengan melakukan hobinya, menciptakan kegiatan-kegiatan baru, menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman-teman, dan berbagai cara lainnya untuk mengusir si bosan ini. Kalau perlu, apapun cara dilakukan sambil berkata "Pergilah kau, bosan. Aku tak ingin kau hadir disini."

Mungkin cara-cara yang dilakukan bisa langsung berhasil dan si bosan pun pergi. Tapi ada juga yang sudah melakukan 1001 cara, si bosan tetap duduk manis dan tidak beranjak. Kalau sudah begitu, mau bagaimana lagi? Mau menyalahkan diri sendiri juga percuma bukan? Toh si bosan tidak akan pergi hanya dengan menyalahkan segala sesuatu termasuk diri sendiri.

Bayangkan si bosan ini berwujud sesuatu, atau seseorang. Duh maaf nih, agak sedikit ekstrim membayangkan dalam wujud seseorang. Namun yang kita tuju adalah bukan orangnya siapa. Lebih ke membayangkan perasaannya bosan-nya saja, tidak ke obyek yang mungkin menjadi penyebab rasa bosan itu.

Adakah perasaan lain atau respon yang menyertai si bosan ini? Misalnya merasa marah, kesal, jengkel, lelah, frustasi, tidak bersemangat, cepat mengantuk, bikin suntuk, bete, bad mood, dan berbagai emosi negatif lainnya. Biasanya respon dan emosi negatif akan muncul jika kita menanggapi si bosan dengan tidak baik. Dan sebaliknya, respon dan emosi positif akan muncul jika kita menanggapi si bosan dengan baik.

Kembali ke si wujud rasa bosan tersebut. Hal pertama yang saya rasa penting adalah mengenali rasa bosan itu. Sekali lagi bukan obyek penyebabnya ya. 

Terkadang obyek penyebab bosan ini kemudian dianggap menjadi akar masalah, padahal obyeknya ternyata baik-baik saja, ha-ha-ha, tidak ada yang salah dengan obyeknya. Kecuali jika si obyek penyebab bosan memang perlu ditinjau kembali, nah itu lain kata. 

Jika obyek penyebab bosan baik-baik saja atau di luar kontrol kita, berarti kita harus fokus ke diri kita sendiri tanpa menyalahkan obyek tersebut. Obyek penyebab bosan misalnya adalah pekerjaan sehari-hari, rutinitas di rumah, rutinitas di tempat beraktivitas, tugas-tugas, kemacetan jalan, ritme kehidupan, bahkan interaksi dengan keluarga, teman, pasangan dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun