Mohon tunggu...
NieNie
NieNie Mohon Tunggu... Lainnya - Sekedar Berbagi

Just ordinary and simple

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenalan dengan Karakter Kita

12 April 2022   13:03 Diperbarui: 12 April 2022   13:58 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi pagi saya membongkar laci meja kerja yang jarang sekali saya buka dan saya menemukan name tag atau ID card holder dengan quote di baliknya seperti foto di atas, ha.ha.. Saya jadi teringat kalau name tag ini diberikan oleh orang yang sangat saya sayangi. Tapi jangan salah lho ya, saya tidak membicarakan masalah kasih sayang disini ha..ha.. Quote di balik name tag itu yang membuat saya tercenung. Hanya quote biasa sih sebetulnya, namun artinya jadi dalam saat saya mencoba merefleksikan ke diri saya, seperti apa karakter saya yang sebenar-benarnya.

Mengenal karakter kita sepertinya hal mudah. Bagaimana tidak, ini kita kenalan sama diri kita sendiri lho, mosok tidak kenal sih? Namun percaya tidak percaya, dengan perjalanan usia kita dan kehidupan kita, kita senantiasa berubah walaupun karakter dasar mungkin akan tetap selalu ada. 

Nah, walaupun mungkin karakter dasar tidak berubah total, tetapi bisa saja level atau kadarnya yang berubah. Misalnya yang tadinya sabar jadi sabar banget, atau yang tadinya lemah jadi kuat, masih banyak lagi. Ini yang terkadang kita sering luput atau missed untuk memperkirakannya sehingga kenapa saya merasa kenalan sama diri kita sendiri sebaiknya senantiasa dilakukan.

Istilah lain yang digunakan bisa saja introspeksi diri atau refleksi diri. Tapi kalau pakai istilah itu, seperti terkesan ada hal-hal yang mesti diperbaiki atau dikembangkan lagi ha..ha.. itu menurut saya lho ya. Sedangkan kenalan sama diri sendiri tidak mesti terkait dengan tindak lanjutnya. Wong namanya kenalan dengan diri sendiri, jadi bisa dilakukan kapan saja, bisa ditindaklanjuti lebih jauh atau hanya sekedar tahu saja sebagai referensi diri.

Perjalanan usia kita berarti bagaimana kita menjalani kehidupan ini. Berbagai peristiwa, aneka macam katalog perasaan, khazanah pola pikir, semua menjadi hal-hal yang bisa membentuk karakter kita. Apakah itu pengalaman selama menuntut ilmu, bersosialisasi dengan lingkungan, karir dan pekerjaan, kehidupan pribadi, dan masih banyak lagi elemen-elemen yang bisa mempengaruhi pembentukan (atau perubahan) karakter. 

Nah itu kenapa kita belum tentu bisa tahu secara akurat karakter kita sendiri. Beberapa cara bisa dilakukan untuk betul-betul mengetahui karakter kita selain mencoba mengenali diri sendiri secara berkala. Kita bisa mencoba menanyakan kepada pihak lain untuk mengetahui seperti apa sebetulnya karakter asli kita. Atau mungkin menggunakan tes kepribadian.

Quote di name tag yang saya temukan itu membuat saya semakin menyadari bahwa kita bisa tahu seperti apa karakter kita saat kita ada di keterpurukan, kondisi yang tidak kita harapkan atau tidak kita inginkan. Bagaimana karakter yang terlihat secara nyata saat kita berada di kondisi yang sangat-sangat jauh dari ekspektasi kita. 

Tentu saja bagi kita sendiri, kita mungkin tidak di posisi untuk menilai karakter kita itu baik atau buruk, toh kita tidak diminta jadi juri atau hakim, ha..ha.. Menariknya adalah kita bisa melihat bentuk pengaruh atau akibat dari karakter kita ini tidak hanya pada diri kita sendiri, tapi juga di lingkungan sekitar kita, termasuk orang-orang di sekitar kita. Dampaknya juga bisa langsung terlihat, walaupun ada juga yang memerlukan waktu lebih lama.

Kalau kita berminat kenalan dengan diri kita sendiri, aslinya kita kayak apa sih, kita juga bisa mengingat pengalaman atau masa-masa dimana kita berada pada kondisi yang tidak menyenangkan tersebut, dan kita bisa melihat atau bahkan membandingkan bagaimana dengan kondisi kita saat ini. Namun menurut saya perlu mental ekstra disini. 

Kenapa? karena kita jangan sampai merasa perlu melakukan penilaian untuk menghakimi apapun kondisi kita baik di masa lalu maupun masa kini. Menurut saya itu malah menghabiskan energi kita. Jadi lebih baik menggunakan cerita masa lalu dan kondisi terkini kita sebagai materi dalam rangka usaha mengenali diri kita lebih dalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun