Mohon tunggu...
Ani Paga
Ani Paga Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis lepas

Suka menulis, traveling, humoris

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sumber Air Masih Jauh, Labuan Bajo Dilanda Krisis Air

3 Agustus 2018   19:53 Diperbarui: 6 Agustus 2018   10:39 2133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesona Pulau Padar; Foto : Constant Nandus

By:  Ani Paga

Labuan Bajo ibukota Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan pariwisatanya sebagai sektor primadona makin menyedot perhatian dunia. Kabupaten yang merupakan pemekaran dari kabupaten Induk Kabupaten Manggarai ini setiap tahunnya ramai dikunjungi wisatawan mancanegara  maupun wisatawan domestik. Tercatat sejak Januari hingga bulan Juni 2018 sebanyak 68.829 wisatawan mengunjungi Labuan Bajo. Pesona Komodo sebagai daya tarik utama wisatawan yang didukung dengan keindahan obyek wisata alam dan budayanya yang sangat eksotik mampu menggeser Bali  sebagai destinasi wisata yang sebelumnya telah dikenal luas di mancanegara. Kini Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai satu dari 10 destinasi prioritas di luar Bali  yang diperkuat oleh arahan Presiden Joko Widodo di mana Labuan Bajo ditetapkan sebagai Top Four bersama Danau  Toba, Mandalika dan Borobudur.

Jika beberapa dasawarsa yang lalu para wisatawan hanya mengenal Bali kini perhatian wisatawan bergeser ke timur pulau Bali yakni Lombok, Sumbawa dan Flores. Flores menjadi tumpahan wisatawan pada beberapa tahun terakhir. Para wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik berdecak kagum pada keindahan pulau nusa bunga itu. Tiga orang wisatawan perempuan asal Italia yang saya temui dalam perjalanan Labuan Bajo menuju Denpasar beberapa waktu lalu menyebut Flores is amazing (keindahan Flores sangat luar biasa). Mereka menilai Flores seperti surga wisata yang baru mereka temukan.

Sebagai Gate Way (pintu masuk) pulau Flores kota kecil dengan ratusan obyek wisata alam serta budayanya ini terus berupaya mempercantik diri. 

Saat saya mengikuti pelatihan manajemen pariwisata yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Labuan Bajo di tahun 1998 Drs. Johannis Pake Pani yang saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebutkan Komodo menjadi trade mark (merek dagang) industri pariwisata Labuan Bajo. Kehidupan pariwisata yang merupakan industri bebas polusi dan multy effect ini terus berkembang pesat di Labuan Bajo.

Lihat saja beberapa hotel berbintang, travel agent, restoran makin bertumbuh menghiasi kota di ujung barat pulau Flores ini. Pembangunan Bidang transportasipun  terus digenjot. Sektor perhubungan udara misalnya jika sebelumnya landasan pacu bandara Komodo hanya mampu didarati pesawat twin otter milik  Merpati Nusantara Airline,  setelah dilakukan kajian master plan Bandar udara ini mampu didarati pesawat narrow body dengan tipe Airbus A320 yang berkapasitas 166 seat; 12 seat merupakan kelas bisnis dan 144 seatnya merupakan kelas ekonomi  milik Batik Air sebuah anak perusahaan Lion Air.

Garuda Indonesia yang telah lebih dulu membuka rute penerbangan Jakarta -- Labuan Bajopun menerjunkan pesawat jenis bombardier CRJ1000 Nextgen yang berkapasitas 96 seat. Sriwijaya Airpun tak mau ketinggalan merebut peluang dengan membuka jalur penerbangan Denpasar Labuan Bajo dengan menggunakan pesawat boeing 737 500. Sementara Winsg Air yang merupakan anak perusahaan Lion Air juga menerjunkan ATR 72-600nya melayani arus penumpang Denpasar Labuan Bajo.

Selain transportasi udara akses dengan transportasi lautpun berlayar pergi dan menuju Labuan Bajo. Bahkan yang dulunya ditempuh dengan waktu yang lama kini dengan adanya toll laut pelayaran Surabaya -- Labuan Bajo hanya ditempuh dengan waktu 26 jam.

Dilanda Krisis Air

 Siapa sangka di balik pesona Labuan Bajo yang berhasil menggaet perhatian dunia ternyata masih menyimpan beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Sebut saja kebutuhan air bersih yang masih menjadi persoalan krusial di kota Labuan Bajo sebagai destinasi wisata favorit jaman now bahasa gaul anak muda sekarang. Beberapa warga Labuan Bajo mengeluhkan pendistribusian air PDAM yang tidak merata di rumah-rumah penduduk.  Leonardus Nyoman seorang pelaku usaha wisata mengeluhkan persoalan  kekurangan air  masih menjadi masalah klasik di Labuan Bajo. Bukan saja kesulitan air menurutnya kekurangan bahan bakar juga masih sering terjadi di Labuan Bajo.  Lebih lanjut Leo mengatakan kedua masalah ini berpengaruh besar dan menghambat kegiatan wisata di Manggarai Barat

Yulti  perempuan asal Labuan Bajo  mengatakan Labuan Bajo memiliki beberapa sumber  mata air  yang bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi masyarakat Labuan Bajo. Dalam sebuah disuksi kecil dia menyebutkan  selain air dari mata air  Melo sebenarnya kebutuhan air bersih masih bisa di peroleh dari sumber mata air yg ada di sekitar kota Labuan Bajo sendiri  seperti  mata air wae Tuak di daerah Wae Sambi , Wae Kemiri, Wae Medu , Wae Mata dan terdapat lagi satu sumber mata air  di sernaru , daerah Lancang,  arah airport dan juga di dekat kantor bupati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun